Re-inventing Oposisi
Edisi: 20/28 / Tanggal : 1999-07-25 / Halaman : 30 / Rubrik : KL / Penulis : Azra, Azyumardi , ,
Dominannya konsep dan praktek politik seperti itu dalam entitas politik muslim, bisa dipahami, membuat banyak orang pesimistis tidak hanya dengan masa depan oposisi, bahkan dengan demokrasi. Pesimisme itu semakin meningkat dengan kenyataan bahwa banyak negara muslim yang menampilkan penguasa tidak demokratis, otoriter, dan represif, yang tidak memberikan peluang kepada rakyat untuk berbeda dengan mereka.
Pesimisme senada juga sudah lama didengar di Tanah Air. Sebagian besar dari 50 tahun terakhir politik Indonesia di bawah kekuasaan Presiden Soekarno dan Soeharto juga ditandai dengan kekuasaan otoriter dan represif, yang menindas setiap orang yang berpikir dan bersuara beda. Ironisnya, Presiden Soekarno mendapat legitimasi dan justifikasi teologis dari Nahdlatul Ulama dengan pemberian tawliyah (wewenang dan kekuasaan) sebagai waliyul amri dharuri bi syaukah. Sedangkan Presiden Soeharto, meski tidak mendapat gelar seperti itu, khususnya sejak awal 1990 sampai kejatuhannya, menikmati dukungan hampir tanpa reserve, khususnya dari kaum ulama.
Depotisme Soekarno dan Soeharto sering dijelaskan pengamat,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…
Kekerasan Polisi
1994-05-14Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…