William Soeryadjaya: "pengambilalihan Astra Direkayasa"
Edisi: 19/28 / Tanggal : 1999-07-18 / Halaman : 64 / Rubrik : WAW / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Kuswardono, Arif ,
SETIAP malapetaka selalu menyimpan hikmahnya. Itulah keyakinan William Soeryadjaya, pendiri kerajaan bisnis PT Astra International. Tujuh tahun silam, ia harus melepas seluruh kepemilikannya atas perusahaan otomotif terbesar itu, yang ambrol terseret kasus Bank Summa-milik putra sulungnya sendiri, Edward Soeryadjaya, yang sekarat dicekik kredit macet dan utang Rp 2,6 triliun, pada 1992.
William dan Astra, apa boleh buat, mengingatkan banyak orang pada kaitan antara bisnis besar dan dilemanya di tengah pusaran kekuasan negeri ini.
Tak seperti kebanyakan bankir sekarang, waktu itu William tak lepas tangan. Untuk menutup kewajiban Summa terhadap ratusan ribu nasabahnya, ia melego 140 juta lembar saham Astra. Padahal, ia sebenarnya bisa berkelit. Kedua institusi bisnis itu secara hukum terpisah satu sama lain.
Benarkah Astra runtuh hanya karena Summa? "Sebenarnya ada rekayasa yang memanfaatkan kasus Summa untuk mengambil alih Astra," katanya, sambil mengisap cerutu dalam-dalam. Menurut berbagai analisis, Cendana-lah yang berada di balik pencaplokan itu. Ada berbagai indikasi kuat. Setelah William turun tahta, kemudi Astra berpindah ke Prajogo Pangestu, sebelum akhirnya diambil alih Bob Hasan. Dua taipan itu punya hubungan yang amat khusus dengan mantan presiden Soeharto. Selain itu, bahkan sang begawan ekonomi Profesor Sumitro Djojohadikusumo pun tak mampu menahan kekuatan mahadahsyat itu. Besan Soeharto itu sempat digandeng William untuk mencegah Astra karam.
Tapi, entah kenapa, William sendiri terkesan enggan menyebut keterlibatan bekas presiden itu. Barangkali karena ia memang bukan tipe orang yang suka menuding-nuding. Atau, barangkali juga karena ia menyadari, meski relatif bersih dari jamahan Cendana, perusahaan yang didirikan sejak 1957 itu toh juga tumbuh besar melalui rahim ekonomi Orde Baru.
Yang jelas, sekarang ia merasakan hikmah dari musibah itu. Mantan orang terkaya nomor dua Republik (versi majalah Fortune) itu kini justru hidup tenang. Pada saat konglomerat lain harus berpeluh dingin dihujat kiri-kanan, Om Willem-demikian ia biasa dipanggil-masih bisa terkekeh-kekeh. Langkahnya memang sudah agak tertatih, tempo bicaranya pun lambat, tapi kesehatan kakek sembilan cucu ini masih terbilang prima. Ia masih melahap 25 tusuk sate kambing kegemarannya di sebuah warung di depan Stasiun Bandung. Tiap hari, ia juga masih masuk kantor sebagai Presiden Komisaris PT Suryaraya Guna Perkasa, perusahaan agrobisnis dan jasa perdagangan.
Ia berkelakar, itulah berkah yang diterimanya saat dikirimi peti mati oleh para nasabah yang mendemonya. "Menurut kepercayaan orang Cina, karena itu saya jadi panjang umur," kata lelaki ramah kelahiran Majalengka, Jawa Barat, 77 tahun lalu itu, terkekeh.
Setelah sekian tahun menyimpannya rapat-rapat, pertengahan bulan lalu ia mengungkapkan kisah di balik rekayasa pencaplokan Astra itu kepada wartawan TEMPO Karaniya Dharmasaputra, Arif Kuswardono dan fotografer Robin Ong. Berikut petikan wawancara dengannya, yang kerap diseling jeda ketika ia dengan tekun mengikuti perkembangan suara partai favoritnya, PDI Perjuangan, melalui layanan informasi dari telepon genggamnya.
Benarkah Anda kehilangan Astra semata-mata karena kasus Bank Summa?
Itu salah satunya, tapi sebenarnya juga ada rekayasa.
Rekayasa dari mana dan oleh siapa?
Bukan begitu. Waktu itu Pak Harto masih memberikan kesempatan. Saat kami menghadap, beliau mengatakan, "Bank kami sendiri, Bank Duta, waktu menghadapi kesulitan, tidak dibantu pemerintah. Jadi, Saudara William juga jangan berharap…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…