Bagai Terganjal Sejentik Kerikil
Edisi: 50/28 / Tanggal : 2000-02-20 / Halaman : 72 / Rubrik : EB / Penulis : Setyo, Dwi , Taufiqurohman , Tanjung, Lea
MENUNGGU itu mahal harganya. Tanyakan itu kepada pengelola lima bank besar, BNI, Bank Niaga, BRI, Bank Bali, dan BTN, yang kini sedang menanti suntikan modal pemerintah. Gara-gara injeksi modal tertunda terus, biaya untuk mereparasinya juga makin bengkak. Setahun lalu, mereka cuma butuh Rp 100 triliun, tapi kini keperluan kelima bank itu melambung hampir dua kali lipat.
Repotnya, pembengkakan biaya itu bukan cuma memusingkan pengelola bank, tapi, lebih celaka lagi, juga memiskinkan rakyat. Soalnya, biaya untuk menginjeksi permodalan bank (biasa disebut rekapitalisasi) sebagian besar dibebankan kepada publik pembayar pajak. Untuk tahun 2000 ini, misalnya, pemerintahan Abdurrahman Wahid menganggarkan Rp 42 triliun sebagai biaya rekapitalisasi. Dari jumlah itu, cuma Rp 16 triliun yang berasal dari penjualan aset pemilik bank. Sisanya, Rp 26 triliun, harus diongkosi pembayar pajak dan, kalau perlu, utang luar negeri.
Tahun depan, biaya bunga ini akan membesar, sedikitnya sampai Rp 65 triliun. Itu pun dengan syarat, rekapitalisasi digelar tepat waktu sesuai dengan rencana. Sialnya, persyaratan itu agaknya mustahil terpenuhi karena pemerintah lagi-lagi tak bisa menepati janji. Dalam pertemuan dengan DPR Selasa lalu, Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Cacuk Sudarijanto, menyatakan bahwa injeksi modal…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…