Pongkor: Gemerincing Emas, Kemuraman Sosial

Edisi: 18/28 / Tanggal : 1999-07-11 / Halaman : 39 / Rubrik : SEL / Penulis : Nugroho, Kelik M. , Sepriyossa, Darmawan ,

KEKERASAN telah mulai mencakar wajah Pongkor. Kawasan tambang emas di Kabupaten Bogor itu, yang mengandung kekayaan bumi untuk meningkatkan harkat kehidupan manusia, telah menjadi medan kekerasan yang mencibirkan kemanusiaan.

Pertengahan Juni lalu, 2.000 gurandil yang dipimpin beberapa jawara Banten menyerang beberapa rumah penduduk Kampung Cihiris dan Kampung Jangkar, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Seorang warga setempat tewas, sementara puluhan rumah, warung, dan mobil terbakar. Amuk jawara itu rentetan dari peristiwa sebelumnya di akhir Mei. Sejumlah warga asli Kampung Cihiris membakar warung-warung milik pendatang, terutama dari Banten, yang menjamur di kawasan penambangan emas liar. Mereka terganggu oleh pelacuran dan kebiasaan minum minuman keras yang dilakukan pendatang di warung-warung itu.

Desa Cisarua, lokasi penambangan emas di kaki Gunung Pongkor itu, sekarang memang tak sedamai dan setenang tahun 1980-an. Masyarakat desa yang memegang teguh agama itu kebanyakan berprofesi sebagai petani, sedangkan sebagian kecil pedagang. Mereka sendiri tidak memiliki tradisi menambang emas. Desa yang terdiri atas beberapa dusun atau kampung ini (Babakan, Budin, Pongkor Tengah, Pongkor Tonggoh, Cihiris, dan Citumbuk) bependuduk 1.333 kepala keluarga. Tak memiliki tradisi menambang emas, warga desa ini tidak banyak terlibat dalam kegiatan penambangan.

Kegiatan penambangan emas liar terpusat di Kampung Longsoran, Ciguha, dan Ciurug. Ketiga lokasi ini berdekatan, tapi secara administratif terpisah, masing-masing di bawah "kekuasaan" Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret. Semuanya bagian dari Kecamatan Nanggung. Ketinggian perbukitan itu 500…

Keywords: -

---

Foto Terkait