Senja Kala Wiranto, Akhir Sebuah Era

Edisi: 49/28 / Tanggal : 2000-02-13 / Halaman : 18 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Sepriyossa, Darmawan , Wiyana, Dwi


JARUM jam sudah menunjukkan pukul lima subuh, tapi Ruang Melati di lantai dua Hotel Millenium, Jakarta, masih benderang. Wajah anggota Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia untuk Timor Timur lusuh sudah, akibat bergadang semalam suntuk. Senin pagi 31 Januari lalu itu, mereka baru saja merampungkan sebuah laporan penting yang berkasnya mesti diserahkan ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Kejaksaan Agung siang harinya.

Setelah draf rampung, menurut info dari kalangan dalam, Jaksa Agung Marzuki Darusman, yang juga ikut terlibat menyimak presentasi akhir, mengangkat telepon genggamnya. Yang dikontak adalah nomor saluran khusus ke Presiden Abdurrahman Wahid, yang saat itu berada di Davos, Swiss. Marzuki lalu membacakan butir demi butir kesimpulan dan rekomendasi Komisi. Juga daftar 32 nama perwira TNI/Polri, pejabat sipil, dan anggota milisi yang dinilai terlibat dalam tindak kejahatan terhadap kemanusiaan di Tim-Tim. (Lihat boks.) Mantan Panglima TNI Jenderal Wiranto adalah salah satunya. Setengah jam lamanya sambungan internasional itu berlangsung.

Ribuan mil di ujung sana, kata setuju langsung diucapkan Presiden Wahid. Cuma, ada satu catatan. Nama para "tersangka" tidak perlu dicantumkan tertulis dalam siaran pers. Namun, sang Presiden menambahkan, kalau mau disebut, ya, disebut saja. Kok, repot-repot.

Marzuki membenarkan ihwal kehadirannya di Hotel Millenium dan perbincangannya dengan Presiden. "Saya diundang datang oleh Komisi karena pemerintah kan perlu mengetahui prosesnya," katanya kepada Andari Karina Anom dari TEMPO, "Kebetulan Presiden menanyakan hal itu, ya, saya sampaikan."

Hanya berselang beberapa jam setelahnya, sebuah gempa politik datang dari Swiss. Menjawab pertanyaan pers ketika menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos itu, Presiden Wahid melansir pernyataan yang-untuk kesekian kalinya-mengguncang suhu politik dalam negeri. Ia menyatakan akan meminta Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Wiranto mengundurkan diri begitu ia…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…