Wawancara Bernard Krisher: "bk Enggan Bicara Soal Kejatuhannya"

Edisi: 48/28 / Tanggal : 2000-02-06 / Halaman : 34 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


AKHIR musim bunga di Tokyo, Jepang, tahun 1964. Di kota yang semarak dengan bunga sakura itu, berlangsung sebuah pertemuan tingkat tinggi.

Dua tokoh penting Asia Tenggara menjadi tamu terhormat, yakni Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Malaya Tunku Abdul Rahman. Dua pemimpin negeri serumpun itu berunding untuk meluruskan hubungan negara mereka yang merenggang akibat konfrontasi.

Bernard Krisher, seorang wartawan mingguan Newsweek, meliput peristiwa tersebut. Ia mewawancarai Bung Karno. Dari situlah kemudian terbentang persahabatannya yang panjang dengan sang Presiden. Kemudahan Krisher bergerak di Istana Merdeka juga membuat Newsweek beberapa kali menurunkan laporan panjang tentang Bung Karno dan Indonesia. Krisher pun bisa menuliskan beberapa artikel eksklusif tentang elite politik Indonesia, justru ketika pintu imigrasi di sini tak terbuka lebar bagi wartawan asing.

Dilahirkan di Frankfurt, Jerman Barat, pada 9 Agustus 1931, Krisher melewatkan masa kanak-kanak di Paris. Pada 1941, kedua orang tuanya berimigrasi ke New York, Amerika. Di kota itu, Krisher merampungkan pendidikannya di Queens College, pada 1953. Ia mengaku sejak kecil sudah bercita-cita menjadi wartawan. Pada usia 12 tahun, ia sudah menerbitkan dua majalah anak-anak: Pocket Mirror dan Little Magazine Namun, ia baru benar-benar menjadi wartawan seusai wajib militer pada 1956.

Karir wartawan dirintisnya di World Telegraph . Pada 1964, ia berangkat ke Tokyo. Di ibu kota Jepang itu, ia bekerja sebagai koresponden asing Newsweek. Tiga tahun kemudian, ia menjadi kepala biro Tokyo hingga 1970. Krisher pun mengakhiri masa lajangnya di kota itu. Pernikahannya dengan Akiko, seorang gadis Jepang, memberinya sepasang anak, Debra dan Joseph. Di sela-sela kesibukannya menjadi wartawan, ia juga menjadi anggota peneliti kehormatan untuk Asian Center, di Harvard University.

Setelah meninggalkan Newsweek , Krisher bekerja sebagai koresponden untuk Fortune Magazine dan menjadi chief editorial advisor untuk Focus, sebuah majalah fotografi Jepang. Masa-masa berikutnya lebih banyak diisinya dengan bekerja sosial di Kamboja dan Korea Utara. Ia menerbitkan koran The Cambodia Daily di Phnom Penh dan mendidik wartawan lokal agar bisa menulis berita dalam bahasa Inggris.

Ia pun aktif dalam seminar dan pelatihan untuk para wartawan-khususya Asia. Ia juga giat membantu pendidikan anak-anak di beberapa negara miskin. Tak aneh bila Krisher acap bepergian. Meskipun demikian, ia tak lupa melewatkan waktu bersama keluarganya di sebuah kediaman yang nyaman di Hiroo, sebuah kawasan elite di distrik tengah Tokyo.

Pada akhir Januari lalu, Krisher menjadi pembicara dalam Forum Young ASEAN Journalists 2000 di Thailand. Wartawan TEMPO Hermien Y. Kleden menemuinya di Bangkok dan Hua Hin untuk sebuah wawancara. Ingatan Krisher tentang persahabatannya dengan Sukarno ternyata masih sangat terang. "Indonesia adalah mosaik penting dalam hidup saya sebagai wartawan," kata Krisher. Petikannya:

Bagaimana mula perkenalan Anda dengan Sukarno?

Awal 1964, pemerintah Jepang mengundang Tunku Abdul Rahman (Perdana Menteri Malaya tahun 1953-1970) dan Sukarno ke Tokyo. Jepang khusus mengadakan pertemuan untuk menengahi hubungan kedua negara yang tegang akibat konfrontasi. Newsweek meminta saya meliput peristiwa itu.

Apa yang Anda ketahui tentang Indonesia dan Malaysia waktu itu?

Wah, saya tidak tahu apa-apa. Jadi, saya menemui dua orang diplomat Amerika. Salah satunya, Duta Besar Jones (Duta Besar Amerika di Indonesia…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…