Pamoe Rahardjo: "tentara Sekarang Tidak Berani Kudeta"
Edisi: 47/28 / Tanggal : 2000-01-30 / Halaman : 32 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,
SIANG hari, 16 Oktober 1952, Pamoe Rahardjo kedatangan seorang kawan dari Badan Informasi Staf Angkatan Perang. Ia diminta menggagalkan upaya kudeta yang direncanakan sejumlah tentara terhadap Presiden Sukarno. Caranya adalah dengan mengajak bicara Kol. Dr. Moestopo, salah seorang penggalang massa. Anehnya, yang dilakukan mantan ajudan Bung Karno itu justru membawa Moestopo kepada Presiden, khusus untuk minta izin kudeta. Tindakannya secara tak langsung berhasil menggagalkan upaya perebutan kekuasaan yang kemudian lebih dikenal sebagai Peristiwa 17 Oktober 1952.
Ternyata, meredam kudeta bukanlah perkara yang asing bagi Pamoe. Sebagai pendamping Bung Karno selama periode 1946-1948, hidupnya dekat dengan berbagai konflik di seputar pucuk kekuasaan. Enam tahun sebelumnya, ia juga berperan membatalkan kudeta 3 Juli 1946 yang dirancang pihak tentara dan beberapa politisi. Mereka ingin agar Presiden Sukarno mengubah kabinet.
Dilahirkan di Blitar, 22 Maret 1925, Pamoe Rahardjo adalah anak keempat dari keluarga Mantri Hutan Yasmin Hastrodijojo dan Amini. Ia mendapat pendidikan MULO di zaman Belanda dan sekolah guru lanjutan di zaman Jepang. Seperti kebanyakan pemuda yang gandrung dengan latihan perang-perangan semasa pendudukan Jepang, Pamoe kemudian mengikuti pendidikan perwira militer Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Ia lulus sebagai shodanco (letnan) pada 1945.
Meski ia tak lagi menjadi ajudan presiden semenjak Bung Karno dibuang ke Bangka pada 1948, jiwa perjuangan shodanco ini tak berhenti bergolak. Pada 1957, dialah yang menggalang para pemuda untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda yang dianggap telah mendanai pelbagai pemberontakan di Tanah Air. Upaya nasionalisasi ini belakangan disesalinya karena aksi tersebut menjurus ke arah penjarahan besar-besaran.
Namun, bukan aksi nasionalisasi itu yang membuat karir militernya berakhir dengan tragis. Pada 1960, saat berpangkat letnan kolonel, Pamoe dituduh berencana melakukan kudeta setelah melatih beberapa perwira di Bandung. Padahal, latihan itu dimaksudkan untuk melakukan infiltrasi ke Irian Barat. Kendati demikian, ia sempat diperiksa oleh Oditur Militer. Meski tuduhan itu tidak terbukti, karir militernya tamat sudah.
Kini, di usia senjanya, ayah empat anak ini menyibukkan diri sebagai Ketua Umum Yayasan Pembela Tanah Air (Yapeta). Yayasan ini didirikannya pada 1981 untuk menghimpun eks pejuang Peta, yang jumlahnya mencapai 5.500 orang. Tiap hari ia masih menerima tamu di kantor Yapeta di Gedung Proklamasi, gedung yang didirikan di atas tanah milik Bung Karno, orang yang amat dikaguminya.
Pekan lalu, Edy Budiyarso dan fotografer Rully Kesuma dari TEMPO menemuinya untuk sebuah wawancara khusus. Petikannya:
Bagaimana Anda sampai menjadi ajudan Bung Karno pada masa-masa revolusi kemerdekaan 1946-1948?
Di awal 1946, saya sedang bertempur di Surabaya. Suatu waktu, saya dipanggil oleh komandan resimen saya di Kediri dan diberi tahu bahwa saya diminta ke Yogyakarta atas panggilan Presiden Sukarno.
Apa sebelumnya Anda sudah mengenal Bung Karno?
Ya. Saya bertemu pertama kali dengan Bung Karno ketika beliau ke Kediri sebelum ke Blitar mengunjungi ibunya pada Januari 1946. Karena saya punya mobil hasil rampasan Jepang, sayalah yang diminta menjadi sopir untuk mengantar beliau.
Sebagai ajudan Bung Karno pada masa revolusi, tentu Anda banyak mengalami peristiwa penting. Kabarnya, Anda mengetahui peristiwa penculikan Perdana Menteri Sjahrir di Solo pada 1946.
Ya, saya berbicara langsung dengan Letnan I Suwarno, anggota Staf Oemoem 1 Intelijen (SO 1) yang menculik dan akan menembak Sjahrir. Kejadian awalnya begini. Sikap Perdana Menteri Sutan Sjahrir yang berkompromi dengan Belanda menimbulkan ketidaksenangan di kalangan tentara. Di Markas Besar Tentara SO 1, Kolonel dr. Soetjipto mengumpulkan kompi Combat untuk melakukan briefing. Kolonel Soetjipto kemudian…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…