Kebakaran Hutan Kalimantan: Mencabik Surga, Menuai Untung

Edisi: 12/27 / Tanggal : 1998-12-28 / Halaman : 44 / Rubrik : INVT / Penulis : Adi, IGG Maha , Setyardi , Manggut, Wenseslaus


BAGI Leuang, hampir tak ada yang tersisa di desanya kecuali kenangan masa kecil. Tak ada lagi kejernihan air sungai yang melintasi desanya. Kini, ia keruh oleh polusi dan limbah kayu dari usaha penebangan. Tak ada lagi burung putih yang sarangnya dulu dipetik bersama sang ayah. Gua-gua tempat burung itu bersarang sudah dibuldoser. Tak ada pula rotan dan damar yang bisa dijual, juga tanaman obat yang menyembuhkannya kala sakit.

Sebuah perusahaan hutan dan perkebunan_yang dimiliki orang besar di Jakarta_tak hanya mencabik kenangan masa kecil Leuang, tapi juga membuat desanya kiamat. Tahun lalu, sebuah kebakaran yang bersumber dari perusahaan itu merembet ke Matalibaq, memusnahkan hampir apa saja: hewan perburuan, ladang, tanaman, buah-buahan hutan, rumah-rumah panjang, dan_yang terpenting_makam keramat nenek moyangnya.

Desa tempat Leuang_nama aslinya sengaja disamarkan, dilahirkan 38 tahun lalu_bertengger di hulu Sungai Kapuas, Kalimantan Timur. Matalibaq namanya. Sekitar 600 orang suku Dayak menjadi penghuninya. Orang-orang Jakarta harus menempuh perjalanan seharian suntuk dari Samarinda untuk mencapai kawasan ini. "Mereka telah mengambil kayu meranti dan kayu kapur dari hutan kami. Sekarang, mereka masih juga menghancurkan dunia kami," kata Leuang kepada TEMPO di Samarinda, dua pekan silam. "Mereka membunuh kami pelan-pelan."

Matalibaq hanya satu saja dari dunia yang nyaris punah milik suku Dayak Kalimantan. Kebakaran hebat yang melanda hutan-hutan Indonesia pada 1997 dan 1998 lalu, menurut pengindraan satelit dari GTZ-IFFM Jerman, mencakar-cakar kawasan seluas 10 juta hektare itu. Dan Kalimantan adalah korbannya yang paling parah. Lebih dari 60 persen kebakaran terjadi di pulau terbesar ketiga di dunia (setelah Greenland dan New Guinea) yang luasnya 750 ribu kilometer persegi itu. Kepulan asapnya saja selama berminggu-minggu membuat kegemparan internasional. Kabut tebal menyelimuti kawasan itu serta menyiksa 70 juta manusia. Kerugian besar tak hanya diderita Indonesia, melainkan juga Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Kebakaran hutan itu merupakan salah satu bencana lingkungan terburuk dalam 20 tahun terakhir ini. Menurut perkiraan WWF (World Wild Fund), sebuah yayasan lingkungan hidup terkemuka di dunia, bersama Canadian IDRC's Economic and Environmental Project in South East Asia (EEPSEA), nilai kerugiannya mencapai US$ 4,45 miliar (lihat Tabel Kerugian). Angka ini hampir sama dengan total kerugian akibat tragedi Bhopal (akibat bocornya instalasi pabrik Union Carbide di India pada 1984) dan Exxon Valdez (tumpahnya jutan ton minyak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.