Debat Dulu, Baru Voting

Edisi: 16/28 / Tanggal : 1999-06-27 / Halaman : 25 / Rubrik : NAS / Penulis : Muryadi, Wahyu , Wicaksono, Febrian, Raju


KEMENANGAN pemilu sudah di tangan. Para simpatisan PDI Perjuangan ramai-ramai menggelar pesta di sana-sini. Sebagai tanda syukur dan memenuhi nazar, sejumlah massa pendukung Megawati pun rela menggunduli rambutnya. Mega sendiri, kandidat kuat untuk presiden mendatang, tenang-tenang saja. Ia agaknya memilih diam dan berobat ke Singapura ketimbang sibuk melobi, sebagaimana mulai gencar dilakukan partai lain, pekan-pekan ini, untuk meraih dukungan suara tambahan.

Padahal, arena pemilihan presiden kelak bakal seru. Bukan saja tak ada pemenang yang bakal menjadi mayoritas tunggal, sehingga "koalisi" atau kompromi politik tak bisa ditawar-tawar, tapi memang inilah kali pertama rakyat (lewat para wakilnya di MPR) akan diuji untuk memilih orang nomor satu di Republik, melalui cara-cara yang demokratis. Kini bukan lagi zaman rekayasa untuk memunculkan calon yang itu-itu saja, sebagaimana terjadi pada era kepemimpinan Soeharto. "Sudah lama Mega dijegal, tapi kini tak bisa ditahan-tahan lagi," kata Taufik Kiemas, sang suami, yang juga tokoh penting partai bernomor 11…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?