Achmad Kemal Idris: "prabowo Saja Bisa Berada Di Luar Negeri"

Edisi: 08/27 / Tanggal : 1998-11-30 / Halaman : 32 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


Tiba-tiba saja ada sebuah kosa kata Orde Baru yang melejit kembali: makar. Dan tampaknya entah oleh siapa, kata itu ditu-dingkan kepada sejumlah tokoh, di anta-ranya orang tua-tua yang sesungguhnya lebih suka bermain dengan cucu-cucunya daripada melayani pertanyaan polisi. Apa boleh buat, seminggu terakhir, Letjen (purn.) Achmad Kemal Idris adalah satu dari sejumlah tokoh yang dipanggil polisi, ia kini lebih sibuk berkutat di Mabes Polri untuk pemeriksaan. Hal itu tampaknya bermula dari penandatanganan sebuah surat keprihatinan tentang keadaan negara -- di antaranya tidak mengakui SI MPR yang baru saja terselenggara dan mengusulkan pembentukan sebuah presidium -- yang dinamakan Komunike Bersama. Yang menarik, meski tuduhan "makar" sudah ramai dibicarakan media massa, ternyata kata yang trendi itu sama sekali tidak diucapkan selama pemeriksaan. Kemal Idris, Ali Sadikin -- yang dikenal sebagai tokoh Barisan Nasional -- menolak untuk dikatakan ingin melakukan makar. "Kami hanya mengajukan kritik dan saran," tutur bekas Pangkostrad itu.

Tanggal 6 Agustus silam, Kemal Idris bersama 17 perwira Angkatan 45 lainnya mendirikan Barisan Nasional (Barnas), sebuah kelompok yang disebut Kemal sebagai "kekuatan moral yang tidak memiliki massa" dan bertujuan untuk mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat agar demokrasi dapat berlaku di Indonesia. Dengan cita-cita seluas itu, tak heran Barisan Nasional dikenal sangat tajam dalam melempar kritik terhadap pemerintah. Kemal Idris memang dikenal sebagai seorang petinggi ABRI yang sangat vokal dan berpendirian. Pada zaman pemerintahan Bung Karno, nama Kemal Idris identik dengan Gerakan 17 Oktober 1952 -- yang bersama Jenderal A.H. Nasution meminta Bung Karno membubarkan DPR dan menggantikannya dengan wajah baru. Misi itu gagal, meski di gedung RRI, Istana, dan gedung DPR sudah disiagakan tentara dan tank. Selama beberapa hari para perwira yang terlibat, termasuk Kemal Idris diperiksa Kejaksaan Agung. Kini, di usianya yang 75 tahun, ayah dari tiga anak dari hasil pernikahannya dengan Herwinur Bandiani Singgih dan kakek dari beberapa cucu itu, masih harus menghadapi tuduhan-tuduhan baru. Dalam dua kali pertemuan, sebelum Kemal Idris ke Markas Besar Polri untuk memenuhi panggilan polisi, ia menyempatkan waktu menjawab pertanyaan Leila S. Chudori, Yusi A. Pareanom, dan Hendriko L.Wiremmer dari TEMPO. Berikut petikannya:

Mengapa Komunike Bersama dibuat, padahal saat itu SI belum berakhir?

Komunike bersama itu dibuat karena keadaan waktu itu sangat gawat.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…