Pam Swakarsa: Aktor Atau Korban?

Edisi: 08/27 / Tanggal : 1998-11-30 / Halaman : 42 / Rubrik : INVT / Penulis : Bramantyo, Ardi , Budiyarso, Edy, Hidayat, Agus


Jumat petang, 13 November. Sebelum tragedi berdarah membasahi Jembatan Semanggi, sebuah drama lain me- nyergap Jembatan Cawang, Jakarta Timur.

Peristiwanya bermula ketika sekitar 30 orang -- rata-rata bertubuh gempal, berwajah keras, dan berikat kepala hijau -- menghadang ratusan mahasiswa yang tengah berarak menuju Gedung DPR/MPR Senayan. Sekelompok orang sipil itu, yang belakangan ini populer dengan sebutan Pasukan Pengamanan (Pam) Swakarsa, bersiaga di depan barikade polisi dan tentara, menyerupai tameng.

Bukan mahasiswa rupanya yang harus mereka hadapi, melainkan ribuan massa. Dengan satu teriakan, "Pam Swakarsa.... Tangkap!" warga setempat yang semula hanya menonton seperti dikomando: melempari orang-orang berikat kepala itu dengan batu. Mereka sempat membalas dengan lemparan batu pula, seraya mengacung-acungkan badik. Tapi, menyadari jumlahnya terlalu sedikit, mereka lari kocar-kacir.

Tak semua selamat. Lima dari mereka terjebak di sebuah tanah lapang berawa-rawa tak jauh dari jembatan itu, di tengah kepungan massa yang bersenjatakan kayu, batu, dan besi. Tinju, tendangan, pukulan kayu, dan besi serta hunjaman batu menghajar mereka. Dua orang dilarikan ke rumah sakit setelah babak belur. Tiga lainnya tidak terselamatkan: wajah mereka hampir lumat sulit dikenali, ada yang isi kepalanya terburai, ada yang biji matanya dicukil.

Sia-siakah kematian mereka? Tidak bagi kalangan tertentu. "Itulah risiko perjuangan," kata Faisal Biki, salah satu Ketua Forum Umat islam untuk Keadilan dan Konstitusi (Furkon), ketika menengok jasad-jasad rusak itu di rumah sakit. Faisal adalah adik Amir Biki, tokoh Islam yang tewas dalam kasus Tanjungpriok 1984. Adapun Furkon adalah salah satu organisasi pengerah massa paling menonjol dalam kegiatan Pam Swakarsa ini.

Bagi kalangan selebihnya, mereka yang tewas itu tak akan banyak dikenang, kecuali mungkin sebagai kenangan buruk: tentang "pasukan" yang kontroversial. Mereka akan dikenang juga sebagai bagian dari rangkaian kekerasan, yang mencatat sidang MPR kali ini paling berdarah sepanjang sejarahnya.

Peristiwa dramatis di Cawang itu sebenarnya bisa dihindari. Beberapa hari sebelumnya, sejumlah tokoh -- termasuk para penanda tangan Deklarasi Ciganjur -- mengimbau agar Pam Swakarsa ditarik, bahkan dibubarkan. Di berbagai pojok Jakarta ketika itu, memang telah terjadi beberapa insiden terbuka antara pasukan keamanan "tak resmi" itu dan mahasiswa atau masyarakat. Sayang, imbauan itu tak dipenuhi para petinggi ABRI.

Padahal, jika peristiwa Cawang bisa dihindari, jatuhnya lebih banyak korban…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.