Menegakkan 'jembatan' Yang Doyong
Edisi: 07/27 / Tanggal : 1998-11-23 / Halaman : 52 / Rubrik : AG / Penulis : Nugroho, Kelik M. , Bramantyo, Ardi ,
ZAMAN terang Majelis Ulama Indonesia (MUI) kini "ditengok" kembali, ketika lembaga ulama itu lama terbawa arus zaman gelap Orde Baru. Dalam Kongres Umat Islam (KUI) yang berlangsung di Jakarta, 3-7 November lalu, betapa organisasi yang dianggap meluntur kredibilitasnya sebagai wadah "para ahli waris nabi" itu menjadi sasaran kritik banyak orang.
Tgk. H. Soufyan Hamzah misalnya. Ketua MUI Aceh itu memprihatinkan kedekatan MUI selama ini dengan kekuasaan. Ia secara bersoloroh menyebut, "MUI telah berubah menjadi Majelis Ulama Istana." K.H. Sahal Mahfudz, Ketua MUI Jawa Tengah, menganjurkan agar mekanisme pengambilan fatwa hukum diluruskan. "Agar fatwa yang dihasilkan lebih memperhatikan kemaslahatan umat," kata Kiai Sahal.
Suara miring terhadap MUI sebetulnya sudah lama terdengar. Itu bisa dilihat sejak Profesor Hamka meninggalkan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…