Sampai Kapan Keluarga Cendana Menikmati Pertamina
Edisi: 06/27 / Tanggal : 1998-11-16 / Halaman : 39 / Rubrik : INVT / Penulis : Hadad, Toriq
KECUALI luasnya, rumah di kawasan bergengsi Jakarta Selatan itu seperti tak punya keistimewaan. Itu jika dilihat dari luar. Begitu sampai di pintu rumah, Anda segera akan tahu "kelas" si pemilik. Setelah melewati satpam, ada resepsionis. Jika Anda sudah ada janji bertemu, baru boleh masuk. Nah, di dalamnya, bayangkan saja rumah mewah di sinetron Indonesia -- rumah ini memang pernah dijadikan lokasi syuting sinetron. Garasi yang dipenuhi mobil Mercy dan sejumlah merek mahal. Ruang tamu yang lapang, tangga melingkar ke ruang atas, barang gemerlap impor. Handle pintu, anak kunci, semua didatangkan dari Italia. Lantai marmer juga dari negeri pizza tadi. Sofa, karpet tebal, semua dari mancanegara -- yang membuat sepatu Anda, seberapa licin Anda semir, tetap saja tampak kucel. Ketika waktu minum teh tiba, jangan kaget: tea set yang disuguhkan berkilau-kilau, berbalut emas! Peralatan makan juga kemilau kuning emas. Para pelayan berseragam, yang laki-laki berpeci seperti di istana. Inilah "kelas" warga negara yang biasa sarapan di Singapura, makan siang di Hong Kong, dan makan malam di Tokyo. Dan bisik sebuah sumber di Pertamina, pemilik rumah ini masih punya satu-dua rumah lagi di Kebayoran Baru.
Kenyamanan hidup bak baron-baron di Eropa itu milik salah seorang bos Permindo -- makelar ekspor-impor minyak Pertamina. Itu jelas lantaran rezeki minyak yang melimpah ruah. Dimiliki oleh Grup Bimantara dan Grup Bakrie, Permindo, yang mulai beroperasi tahun 1983, mendapatkan uang masuk US$ 200 ribu setiap hari dari impor BBM saja. Adapun dari jatah ekspor Permindo yang 150 ribu barel sehari, perusahaan itu ditaksir menangguk US$ 150 ribu sehari. Anggap saja kurs rata-rata Rp 2.500 per US$, itu berarti sehari Permindo bisa menyedot Rp 875 juta. Seminggu Rp 6,1 miliar. Sebulan Rp 183 miliar. Bayangkan saja. Duit sebanyak itu mengalir sejak 1983 sampai 1 Juli 1998 lalu, saat Permindo akhirnya dipangkas oleh pemerintah.
Permindo tak sendirian "menghisap" minyak Pertamina. Di perusahaan minyak negara yang berdiri tahun 1968 itu ditaksir ada lebih dari 159 perusahaan milik anak, cucu, kerabat dekat, dan kroni bekas presiden Soeharto. Sekarang ini satu per satu perusahaan berbau keluarga Soeharto itu dicungkili dari Pertamina. Pekan lalu 10 persen saham Nusamba, perusahaan milik pengusaha Bob Hasan di kilang Rapak dan Ganal di Kalimantan Timur, dilepas. Juga saham anak-anak Soeharto di kilang lepas pantai Kangean, Jawa Timur -- walau bisa saja sang pemilik baru juga tak "jauh-jauh" dari grup itu.
Tekad membersihkan Pertamina dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.