Hidup Aman Dengan Asuransi?

Edisi: 14/28 / Tanggal : 1999-06-13 / Halaman : 79 / Rubrik : SUP / Penulis : , ,

KATA "asuransi" agaknya masih asing di telinga sebagian besar orang Indonesia. Ini jelas faktor utama, mengapa asuransi belum terlalu akrab dengan penduduk di negeri ini. Rata-rata penghasilan rakyat, yang hanya cukup dimakan, tak bisa disangkal menjadi "hambatan" penting berkembangnya asuransi di sini. Tapi, ada juga faktor komunikasi. Oemin Hanandaya, Presiden Direktur Tempo National Mutual Life, yakin benar bahwa masyarakat Indonesia kekurangan informasi yang benar soal asuransi.

Itu sebabnya Indonesia saat ini memiliki persentase pemegang polis yang rendah di antara negara-negara ASEAN. Dari data tahun 1995, secara absolut, Indonesia memang menempati peringkat tertinggi di antara negara-negara ASEAN, yaitu 14,9 juta orang pemegang polis. Namun, jumlah itu cuma 9 persen dari total populasi penduduk. Masih jauh jika dibandingkan dengan Singapura (60 persen), Malaysia (19 persen), Brunei (20 persen), dan Filipina (11 persen). Krisis ekonomi di sini setahun belakangan ini diduga ikut andil melemahkan minat berasuransi itu.

Padahal, dunia asuransi Indonesia sepuluh tahun silam masih menjadi contoh yang baik. Malaysia belajar menjalankan bisnis ini dari asuransi-asuransi di Indonesia.

Mengapa dunia asuransi Indonesia mandek? Paling tidak, ada lima permasalahan serius. Pertama, masalah bonafiditas perusahaan--artinya jaminan rasa aman untuk para nasabah dalam situasi tak menentu masih dianggap belum meyakinkan. Kedua, terbatasnya sumber daya manusia yang berkualitas. Ketiga, fleksibilitas produk yang dapat mengikuti perkembangan zaman sangat terbatas. Keempat, agen asuransi berfungsi hanya sebagai penjual polis semata, dan bukan sebagai financial planner yang merancang…

Keywords: -

---

Foto Terkait