Jalur Gelap Mobil Mewah
Edisi: 05/27 / Tanggal : 1998-11-09 / Halaman : 40 / Rubrik : INVT / Penulis : Wiremmer Hendriko L , Setiyardi, Arjanto, Dwi
MENDUNG bergelayut di langit Jakarta. Gerimis lalu turun perlahan. Ribuan mobil berlomba saling menyusul di sebuah jalan protokol. Mungkin menghindar guyuran hujan yang segera tiba akhir Oktober ini. Sekonyong-konyong sebuah sedan Porsche merah menyala menyalip dari sisi kanan. Wusss..., drrrmm. Suaranya tak begitu kencang, memang. Tapi getarannya terasa sampai ke jantung.
Mobil mewah? Dari mana sedan impor itu masuk? Bukankah Direktur Jenderal Bea Cukai Martiono Hadianto menegaskan bahwa sampai kini pemerintah bergeming tak mengizinkan masuknya mobil built-up itu? Namun fakta bicara sebaliknya. Sudah jamak terlihat jika sedan-sedan built-up itu berseliweran di Ibu Kota. Denyut krisis ekonomi belakangan ini seakan tak menyentuh para pemilik sedan mentereng itu.
Tak percaya? Main-mainlah ke daerah Kebayoran Baru, Pondok Indah, Grogol, Rawamangun, dan Pecenongan. Di daerah tersebut, asalkan mata jeli, dengan mudah bakal dijumpai pemandangan khas: ruang pamer pelbagai jenis dan merek kendaraan superluks. Ada BMW Z3 beratap terbuka. Mesinnya kecil memang, cuma 1.800 cc atau setara dengan Toyota Kijang. Tapi sedan Jerman yang menjadi tunggangan James Bond dalam film Golden Eyes ini seksinya bukan main.
Soal harga, ternyata supercar asal Negara Bagian Bavaria itu masih belum "apa-apa". Banyak yang lebih mahal. Ada Jaguar XK-8 atau Porsche Carrera 911 -- kelas yang kerap dibilang paling legendaris. Harganya "cuma" berkisar Rp 1 miliar. Di Pecenongan ada pialang yang memajang Rolls Royce Silver Spur, sedan paling mahal di dunia yang ditawarkan seharga, masya Allah, lebih dari Rp 3 miliar! Duit sebanyak itu bisa buat ngeborong satu kompleks perumahan RSS sebanyak 375 unit.
Seorang pramuniaga kendaraan impor di bilangan Radio Dalam, Jakarta Selatan, mengaku punya koleksi lengkap. Memang, tak semuanya dipajang di "etalase" toko, melainkan, katanya, disimpan di beberapa kantor kedutaan. "Anda tinggal menyebut mereknya, seminggu kemudian kendaraan kami antar ke rumah. Jangan lupa, bayar di muka," katanya. Ini belum termasuk "uang jaminan" senilai Rp 30 juta yang dibayarkan kepada "penyalur" -- maksudnya pihak yang mengimpor -- serta biaya STNK Rp 10 juta setahun.
Surat-surat beres, pelat nomor berbuntut RX didapat. Tapi seseorang yang mengaku tahu betul urusan ini bertutur, sebetulnya biaya bisa dikempiskan. "Cuma Rp 20 juta," katanya. Uang sebanyak itu dibayarkan untuk pajak dan STNK Form B. Dana itu disetor ke perusahaan yang ditunjuk kantor Bea dan Cukai: PT Panca Sakti Kerta Mukti, PT Setia Usaha Jasa Mitra, dan Koperasi Bea Cukai. Sang broker mengaku dapat insentif 10 persen dari Rp 20 juta itu.
Lalu, berapa kendaraan yang bisa dijual setiap bulannya? Jawabannya bervariasi. Sebuah sumber yang mangkal di sekitar Pondok Indah dan kawasan Kota menyebut angka 10 unit. "Bulan lalu penjualan kami masih stabil," katanya. Seorang pemain yang sudah malang melintang di dunia ini lebih dari 10 tahun mengaku, sebulannya bisa melepas 30 unit dengan keuntungan sekitar 30 persen. Katakanlah, satu unit komoditi impor itu dilepas Rp 500 juta, berarti dalam 30 hari sekurangnya ia menangguk laba Rp 4,5 miliar.
Tapi itu cerita dulu. "Sekarang menjual tiga biji sebulan saja susahnya bukan main. Bohong kalau resesi begini jualan tetap bagus," tuturnya berapi-api. Toh para pialang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.