Wawancara Menteri Kehakiman Muladi: Gongnya Memang Perkara Soeharto

Edisi: 12/28 / Tanggal : 1999-05-30 / Halaman : 52 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Kuswardono, Arif A. , ,


Berbagai pernyataan keras menyangkut penerapan hukum muncul dari mulutnya yang hampir tanpa senyum. Dalam berbagai kesempatan, Muladi menyatakan bahwa pemeriksaan mantan presiden Soeharto mesti selesai sebelum Sidang Umum MPR November mendatang. Tak bisa ditawar-tawar. Masalahnya, sejauh ini, sejak lengser setahun lalu, Soeharto sepertinya tak tersentuh jaring hukum. Apa saja kendalanya? Muladi menuturkan ihwal betapa rumitnya perkara yang disebutnya sebagai "gongnya kasus korupsi" di Tanah Air itu kepada Arif A. Kuswardono dari TEMPO, di kantornya, kawasan Kuningan, Jakarta, lalu disambung dengan di Sekretariat Negara, Jumat pekan lalu. Petikannya.

Bagaimana pemerintah menanggapi hasil temuan Time?

Kami masih harus mengecek. Ada suatu tim yang diketuai Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan Hartarto yang diberi tugas mengevaluasi hal itu. Besok pagi (22 Mei) akan dirapatkan hasilnya. Kita tunggu saja. Sekarang sedang dicek karena ini masalah penting.

Anda bilang bahwa pemeriksaan Soeharto lamban karena warna politisnya kental. Bisa dijelaskan?

Masalah Pak Harto, kalau kita mau jujur, tidak hanya menyangkut soal yuridis, juga sarat dengan masalah politis. Kalau sekadar soal yuridis, itu gampang diselesaikan. Ini politis, karena dia bekas presiden. Kebijakan presiden itu melalui proses birokrasi dari menteri-menteri terkait. Jadi, kalau seorang mantan menteri bilang, "Wah, kita kan tertekan!," ya, tidak bisa. Menteri itu bukan seorang pembantu presiden semata-mata. Kalau mau jujur, yang menjalankan pemerintahan itu menteri-menteri. Presiden mengeluarkan grand policy saja. Tapi pelaksana adalah menteri. Presiden tidak tahu detailnya kalau itu tidak dilaporkan.

Apa makna ucapan Anda jika dikaitkan dengan kasus Soeharto?

Jadi, tidak benar kalau para mantan menteri itu hanya membebankan kesalahan kepada Pak Harto. Di samping itu, orang juga harus jujur dalam melihat plus minus Pak Harto. Orang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…