Sofjan Wanandi: "kroni Soeharto Harus Dihukum"

Edisi: 11/28 / Tanggal : 1999-05-24 / Halaman : 30 / Rubrik : NAS / Penulis : , ,


Berobat? Ia memang tengah berobat di Klinik Mayo, di Rochester, Minnesota, Amerika Serikat, sejak November tahun lalu. "Saya menjalani terapi khusus dan harus dekat dengan dokter," katanya. Bos kelompok bisnis Gemala yang kerap menjadi juru bicara para taipan ini mengaku baru saja menjalani operasi polip yang menempel di usus besarnya. Ada sederet penyakit sudah antre: stres berat, tekanan darah tinggi, sampai penuaan kulit. Meski begitu, ia mengaku, selama di pengasingan, bobotnya naik tiga kilogram. Berikut ini petikan wawancara TEMPO dengan bos Indosuez Bank ini lewat saluran internasional.

Kenapa Anda sampai pergi ke luar negeri?

Saya pergi karena berobat. Menurut hasil general check-up saya di Klinik Mayo dua tahun lalu, ada masalah polip di usus besar. Dokter bilang saat itu saya harus dioperasi. Tapi, karena kesibukan, saya minta ditunda setahun. Terpaksa dokternya kasih izin. Saya rencanakan tahun 1998 harus dioperasi. Tapi di Jakarta kan terjadi bermacam gejolak. Saya kena tuduh kasus pengeboman di Tanahtinggi, mahasiswa berdemonstrasi, dan Soeharto turun. Karena ribut-ribut itu, dan sebentar lagi sidang istimewa MPR, saya putuskan, daripada ikut terlibat, saya pergi operasi ke Mayo.

Bagaimana hasil operasinya?

Sukses. Polipnya sempat membiak. Dua tahun lalu ada dua, tapi jadi lima saat dioperasi. He-he-he.... Saya mendapat terapi khusus. Saya juga berobat kulit karena kulit saya mengalami penuaan akibat terlalu banyak kena sinar matahari, rusak. Memang di klinik cuma beberapa minggu, tapi saya harus berobat jalan. Ada lagi masalah utamanya. Saya sudah berobat darah tinggi sejak lima tahun lalu. Ternyata, selama dicek, tekanan darah tinggi bagian bawah paling bahaya, tak mau turun. Sudah minum obat, eh, masih 90-120. Aneh, kata dokter.

Menurut dokter, kapan Anda boleh pulang?

Prediksinya akhir tahun ini, setelah pemilu nanti. Tapi hati nurani saya pingin pulang secepatnya. Saya kan sudah enam bulan pergi. Pasti akan saya hadapi masalah kejaksaan, bank, dan apa saja. Bagi saya, itu bukan masalah yang tak bisa diselesaikan. Saya tak bisa melanggarnya karena saya ingin betul-betul sehat. Saya betul-betul turun mesin.

Tapi kesadaran berbangsa Anda dibilang tipis....

Saya tak pulang karena dokter saya enggak mau. Melarang. Saya bisa mati stroke karena ada persoalan darah tinggi yang belum selesai sampai sekarang. Saya sudah minum obat lima tahun pun, sampai sekarang, ternyata tekanan darah tinggi masih masalah. Makanya, kalau mau umur panjang, harus hidup tenang, jangan stres.

Berapa kali Anda dipanggil Kejaksaan Agung?

Saya dipanggil kejaksaan tiga kali sebagai saksi dan tiga kali sebagai terdakwa, karena tak pulang, sampai hari ini. Tapi dokter di Mayo sudah bikin surat dan menjelaskan alasannya. Mereka takut saya stres kalau tetap di Jakarta. Menghadapi situasi tegang terus, mereka khawatir, saya kena stroke. Maka, harus dekat mereka, setiap saya saat bisa berobat. Sejak itu, saya mendengar kabar kalau semua perusahaan saya diperiksa pajaknya. Mulai dicari kesalahan saya. Saya juga dicek apakah membuat commercial paper dan tak bisa bayar seperti Arifin Panigoro. Setelah tak ditemukan keduanya, mereka bertanya ke bank-bank pemerintah, apakah saya punya utang macet atau tidak. Semua pimpinan bank pemerintah ditanyain. Direksi kami dipanggil semua.

Bagaimana utang perusahaan Anda?

Untungnya, tiga tahun lalu, saya melakukan konsolidasi, sehingga kami terlepas dari krisis nasional. Grup kami tak terlalu parah dibandingkan dengan kelompok lain. Sebab, sebagian besar utang sudah direstrukturisasi, dibayar, atau dilunasi,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?