Arifin Panigoro: "saya Memang Diuntungkan Oleh Rezim Yang Lalu"
Edisi: 04/27 / Tanggal : 1998-11-02 / Halaman : 28 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,
Pintu rumah itu kini selalu tertutup. Suasana di dalam rumah di Jalan Jenggala I No. 4 di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, ini sangat lengang. Padahal, beberapa waktu lalu, rumah milik pengusaha Arifin Panigoro itu selalu riuh dengan datangnya mahasiswa dari berbagai kampus, antara lain karena tempat ini memang nyaman, luas, fasilitasnya lumayan komplet, dan yang paling penting, strategis. Namun, keramaian itu menguap setelah aksi brutal menimpa rumah ini bulan September lalu.
Saat itu, sekelompok orang yang merasa tidak puas dengan aktivitas bos perusahaan pengeboran minyak Medco itu mengadakan unjuk rasa di depan rumah. Mereka menuduh sekaligus menuntut agar Arifin menghentikan cara-cara berpolitiknya yang menggunakan uang. Celakanya, suara keras saja ternyata tidak cukup. Batu-batu melayang sehingga merusak kaca mobil dan rumah. Beruntung, Arifin yang saat itu sedang makan siang tidak sampai tersedak karena kaget.
Kerusakan memang sudah diperbaiki. Namun Arifin yang kini 53 tahun ini mengaku masih shocked. Bagi Arifin, aksi pelemparan itu berdampak seperti pemeriksaan atas dirinya setelah kasus Hotel Radison Yogyakarta tempo hari. Saat itu, Arifin diperiksa atas tuduhan yang cukup gawat: makar. Padahal yang dilakukan Arifin hanyalah diskusi bertema reformasi bersama para pakar seperti Amien Rais dan Afan Gaffar dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tuduhan ini memang tak pernah terbukti. Dua kejadian itu justru makin membulatkan tekad pria flamboyan ini untuk berkiprah di kancah politik.
Alumnus Teknik Elektro ITB ini memang sosok yang unik. Meski lebih dikenal sebagai pengusaha, setahun terakhir ia dianggap mulai terlibat dalam percaturan politik. Tak mengherankan bila rekan-rekannya sesama pengusaha meminta nasehatnya untuk menjatuhkan pilihan. Tujuannya jelas, mendapatkan rasa aman. Meskipun begitu, ayah dua anak ini menolak bila dikatakan menggunakan pertimbangan pengusaha dalam berpolitik. "Pilihan saya adalah gerakan moral," kata Arifin.
Penggemar tenis itu mengakui, mencoba hidup "lebih sederhana" ternyata tidak mudah. Ia memberi contoh. Dulu, bila bepergian ke luar negeri, ia membeli tiket kelas satu atau menyewa pesawat pribadi atau menggunakan Concorde. Sekarang, ia mencoba untuk duduk di kelas bisnis. Namun, ternyata, kaki yang memar sedikit saja sudah mengembalikan Arifin ke kursi kelas satu. Lucunya, Arifin menyalahkan pemerintahan Orde Baru atas gaya hidupnya yang disebutnya sendiri sangat mewah itu. "Gara-gara para pemimpinnya bermewah-mewah, yang lain jadi ikut meniru, yang tidak sanggup akhirnya menjadi maling," kata Arifin.
Gerimis dan musik swing yang mengalun lembut menjadi latar belakang saat Arifin menerima Hani Pudjiarti, Hermien Y. Kleden dan Yusi A. Pareanom dari TEMPO. Wawancara berlangsung hangat…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…