Anwar Ibrahim: "jasad Terpenjara, Jiwa Merdeka"

Edisi: 09/28 / Tanggal : 1999-05-10 / Halaman : 30 / Rubrik : LN / Penulis : Kleden, Hermien Y.


SUNGEI Buloh bukanlah tempat yang teramat jauh. Penjara negara ini terletak di Negeri Selangor, 50 menit dari Kuala Lumpur. Dilingkungi hutan dan kebun kelapa sawit, tempat itu lebih mirip rumah peristirahatan ketimbang bui. Sejauh-jauh mata memandang, terhampar deretan bangunan bertingkat abu-abu dengan atap berwarna hijau toska. Tapi, namanya bui, seluruh kompleks itu diliputi kesunyian yang menekan.

Sudah hampir enam bulan Sungei Buloh menjadi "rumah" Anwar Ibrahim, bekas menteri keuangan dan deputi perdana menteri Malaysia, yang kini menjadi narapidana terpopuler di seluruh negeri. Sejak tiga pekan lalu, Datuk Seri Anwar--begitu kaum anak negeri menyapanya--dari statusnya sebagai tahanan, kini resmi menjadi penghuni tetap Penjara Sungei Buloh.

Lebih dari sekadar kurungan, Sungei Buloh ibarat titik nadir dalam hidup dan karir politik Anwar Ibrahim. Dari sebuah rumah penuh buku di kawasan elite Bukit Damansara, Kuala Lumpur, ayah enam anak ini harus beralih ke sebuah kamar penjara, tanpa fasilitas, dengan hanya bertemankan beberapa buku, sedikit kertas, dan alat tulis.

Kunjungan keluarga--sekadar satu jam lebih--adalah kemewahan satu bulan sekali. Di penjara yang sama, Anwar kehilangan berat badan sembilan kilogram lebih, selama lebih dari enam bulan masa tahanan, dan kehilangan kebebasan tentu saja. Namun, ia telah bersumpah kepada orang-orang dekatnya, tak satu pun kekuasaan di dunia yang bisa merampas kemerdekaan jiwanya. "Jasad terpenjara, tapi jiwa tetap merdeka," tuturnya melalui jawaban wawancara tertulis kepada TEMPO.

Jadi, sudah berakhirkah masa depan politik Anwar? Undang-undang Malaysia menjawab, Anwar praktis sudah selesai. Masa hukumannya--jika ia kalah di tingkat banding--akan selesai pada tahun 2003. Dan undang-undang tak memperbolehkannya memasuki arena politik hingga tahun 2008. Ia akan kehilangan dua masa pemilu, kesempatan, pengaruh, dan mungkin masa depan.

Namun, sejarah menunjukkan tak pernah ada kepastian mutlak dalam politik. Di sinilah jawaban padanya selalu bisa mendua: Anwar belum lagi selesai. "Saya akan kembali (kepada rakyat) dengan kedaulatan rakyat, bukan dengan kekejaman diktator," ia menegaskan berkali-kali, dalam berbagai kesempatan.

Anwar Ibrahim bukan anak ajaib yang muncul tiba-tiba dalam lingkaran elite politik Malaysia. Ia merintis perjalanan karirnya dengan penuh kesadaran, dipengaruhi pilihan pribadi dan latar belakang keluarga. Ia lahir di Pulau Penang, pada 1947, dari keluarga politisi. Ayahnya seorang tokoh Front Nasional Melayu Penang. Di kampus Universitas Malaya, ia dikenal sebagai tokoh mahasiswa yang tajam dalam mengkritik korupsi, kolusi, nepotisme, dan kemiskinan. Ia pernah menjadi presiden Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM)--organisasi pemuda United Malay National Organization (UMNO), partai politik terbesar di Malaysia.

Karir politik Anwar makin cemerlang, mengalahkan saingannya, Gaffar Baba, dalam pemilu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14

Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…

C
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14

Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…

M
Mandela dan Timnya
1994-05-14

Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…