Bersatu Dan Tidak Menyerah
Edisi: 09/28 / Tanggal : 1999-05-10 / Halaman : 56 / Rubrik : SUP / Penulis : , ,
Hanya dalam tempo sekitar 2 tahun, krisis ekonomi moneter telah mengubah wajah pendidikan di Indonesia. Meski data resminya tak tersedia -- data di situs Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (http://www.pdk.go.id) hanya sampai 1996/97 -- tapi bisa diyakini, persentase putus sekolah dari berbagai tingkatan pendidikan membengkak secara sangat bermakna. Sangat boleh jadi tingkat putus sekolah ini berbanding lurus dengan meningkatnya penduduk miskin yang hingga 3-4 kali lipat.
Menghadapi fenomena seperti ini, menurut Mendikbud Juwono Sudarsono, Depdikbud memang tak tinggal diam. Tanggap akan merosotnya kemampuan masyarakat dalam menyediakan berbagai biaya pendidikan -- mulai dari biaya SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan), buku-buku pelajaran hingga seragam dan biaya-biaya lainnya -- Depdikbud mengambil serangkaian kebijakan untuk membantu agar peserta didik tidak putus sekolah karena alasan ekonomi.
Sejalan dengan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, Depdikbud memperluas kebijakan penghapusan biaya SPP, dari tingkatan SD menjadi hingga tingkatan SLTP/MTs. Seiring dengan itu, Depdikbud juga meningkatkan pemberian beasiswa kepada peserta didik, mulai dari tingkat SD hingga SLTA. Kini, beasiswa diberikan kepada 6% siswa SD/MI, 17% siswa SLTP/MTs, dan 10% siswa SMU/MA.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
TEMPO DAN DUNIA YANG BUNDAR
1991-03-09Pada ulang tahun ke-20, tempo menerbitkan edisi khusus yang menampilkan "duta-duta" tempo yang berhubungan dengan…
PESTA, PRESTASI DAN BISNIS
1989-08-26Sea games xv di kuala lumpur dari 20 agustus 1989 s/d 31 agustus 1989. diikuti…
MEREKA YANG TERBAIK
1989-09-09Sea games xv di kuala lumpur, dengan indonesia menjadi juara umum. nurul huda & eric…