Babak Baru Geger Santet: Konflik Politik?
Edisi: 03/27 / Tanggal : 1998-10-26 / Halaman : 18 / Rubrik : NAS / Penulis : Dharmasaputra. Karaniya , Riyanto, Agus S. , Abidien, Zed
BAGAI wabah penyakit menular, gelombang pembantaian dukun santet merembet dari Jawa Timur ke Jawa Tengah dan Jawa Barat. Berawal dari Banyuwangi, virus santet merambah wilayah tapal kuda lainnya, Jember, Situbondo, Probolinggo, Bondowoso, dan Pasuruan. Setelah sempat menyeberang ke Pamekasan dan Sumenep, Madura, pekan lalu pembunuhan yang tak jelas motifnya itu tiba-tiba muncul di kawasan Demak, Jawa Tengah, dan Banten, Jawa Barat.
Korban telah berjatuhan. Menurut data Kepolisian Daerah Ja-Tim, sejak Januari sampai Oktober ini, 170 orang telah terbunuh, 14 luka berat, dan 17 luka ringan. Sedangkan menurut data di pengurus cabang Nahdlatul Ulama (NU) Banyuwangi, 14 orang menjadi korban, dengan 101 di antaranya mati sia-sia. Ada juga yang terpaksa bunuh diri karena ketakutan. Dari korban yang meninggal, 96 di antaranya warga NU, seperti para pengurus ranting, pengurus masjid, dan guru mengaji. Tak satupun kiai terbunuh.
Korban di Demak memang seorang kiai dan pengurus syuriah ranting NU. Kiai Rochmadi, ulama Desa Donorejo, yang menjadi korban itu, dibantai secara biadab saat salat isa di musala depan rumahnya sendiri. Ia diseret keliling kampung dengan tambang menjerat di leher serta digebuki kayu dan batu. Aksi itu bermula dari tahlilan kematian Zaenudin, yang diyakini sebagai korban keempat "sihir" Rochmadi. "Sudah banyak yang disantet Pak Kiai," ucap Samudi, salah seorang pelaku. Kepala desa setempat, Suhardi, yang juga meyakini tudingan itu, berkisah ciri-ciri ganjil pada korban: badan panas, perut membusung, dan kaki bengkak. Semua itu, katanya, merupakan tanda "penyakit kiriman" Kiai Rochmadi.
Tuduhan itu dibantah oleh Siti Kalsum, istri Rochmadi. Sehari-hari, menurut Siti, suaminya itu bekerja sebagai petani. Dan di waktu senggang, ia mengajar mengaji dan memberikan bantuan penyembuhan bagi warga yang datang kepadanya. Ia memiliki kemampuan itu setelah puluhan tahun mondok di berbagai pesantren.
Karena itulah ratusan pemuda NU dan satuan Banser, dengan bersenjatakan celurit dan pedang terhunus, siap menuntut balas atas kematian Kiai Rochmadi, yang kebetulan juga aktivis Partai Persatuan Pembangunan. "Mereka terpanggil untuk menjaga kehormatan para kiai," ujar K.H. Nurul Huda, Ketua NU Demak. Namun, aksi ini sempat diredakan setelah Kepala Polda Ja-Teng Mayjen Nurfaizi berjanji segera menangkap pelakunya. Tapi tak ayal…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?