Xanana Gusmao: "rakyat Dibunuh Seperti Binatang"
Edisi: 06/28 / Tanggal : 1999-04-19 / Halaman : 26 / Rubrik : NAS / Penulis : Prabandari, Purwani D. , Chamim, Mardiyah , Darmasaputra, Karaniya
JOSE Alexander "Kay Rala" Xanana Gusmao berkaca-kaca matanya ketika ia bicara nasib Timor Timur. Suaranya yang berat mendadak tersendat-sendat saat ia mengungkapkan gawatnya perseteruan di antara warga Timor Timur (Tim-Tim). Konflik makin kencang setelah berbagai milisi_rakyat bersenjata_prointegrasi dibentuk. Puncaknya, di Kabupaten Liquica, meletus bentrokan antara rakyat, kelompok milisi pendukung integrasi, dan aparat keamanan, Senin pekan lalu. Dalam tragedi terbesar sejak kasus Santa Cruz pada 12 November 1991 itu, jumlah korban masih simpang-siur. Uskup Belo menyebut angka 25 orang tewas, sementara pihak ABRI menyebutkan angka lima orang tewas.
Selasa pekan lalu, dari rumah tahanannya di Salemba, Xanana, yang menjabat Presiden CNRT (Dewan Nasional Perlawanan Bangsa Timor) dan Panglima Tertinggi Falintil (Angkatan Bersenjata Pembebasan Nasional Timor Leste), menyerukan agar rakyat Tim-Tim membela diri terhadap pemerintah dan ABRI. Tapi banyak yang menafsirkan bahwa Xanana memaklumkan perang terhadap ABRI. Seruan itu disambut negatif oleh para pejabat tinggi, terutama Menteri Kehakiman Muladi, yang sempat mengancam akan mengembalikan Xanana ke Lembaga Pemasyarakatan Cipinang.
Banjir reaksi itu membuat Xanana menutup diri, juga terhadap pers. Beruntung TEMPO bisa menemui pria berusia 52 tahun yang menjadi "tokoh" sepanjang minggu lalu itu. Berikut petikan wawancara Purwani Diyah Prabandari, Mardiyah Chamim, Karaniya Darmasaputra, dan Ahmad Taufik dari TEMPO di rumah tahanan khusus yang ditempati Xanana sejak 10 Februari lalu.
Jadi Anda menyatakan perang kepada ABRI dan pemerintah RI?
Banyak kelompok yang berteriak-teriak mau perang. Ketika saya dipindahkan ke (penjara) ini, mereka (prointegrasi) bilang bahwa kalau Tim-Tim merdeka, mereka mau perang. Tapi, jika diberi otonomi, mereka bisa menerima. Saya pikir ini politik saja. Masalahnya, sejak Oktober tahun lalu mulai muncul beberapa kelompok milisi (rakyat dipersenjatai). Dan setiap hari mereka mengancam rakyat. Kami minta mereka menghentikan kekerasan, tapi mereka tidak mendengar. Barangkali karena di Ambon atau Sambas telah terjadi pembantaian yang lebih besar, sehingga kalau di Tim-Tim…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?