Antara Kecendekiaan Dan Politik Praktis

Edisi: 04/27 / Tanggal : 1998-11-02 / Halaman : 86 / Rubrik : KL / Penulis : Budiman, Arief , ,


Arief Budiman*

KETERBUKAAN menuju sistem politik yang lebih demokratis memunculkan gejala baru. Salah satunya adalah masuknya cendekiawan, tokoh akademis, ke dalam partai politik. Nama seperti Amien Rais, Th.

Sumartana, Mochtar Buchori, Yusril Ihza Mahendra, yang sebelumnya dikenal sebagai akademisi terkemuka, kini menjadi tokoh partai politik. Mungkin termasuk juga tokoh masyarakat independen, yang meski tidak ikut partai, ikut langsung dalam pemerintahan, seperti Adi Sasono dan Dewi Fortuna Anwar. Apakah hal ini bisa dibenarkan?

Bagi yang skeptis, muncul anggapan bahwa tokoh-tokoh ini sudah bosan bermain di luar gelanggang sebagai cendekiawan, dan kini mulai punya ambisi kepada kekuasaan. Sebagai cendekiawan, kata orang-orang ini, mereka sudah berkhianat.

Seperti pandangan Julien Benda dalam Pengkhianatan Kaum Cendekiawan. Ia mengatakan para cendekiawan seharusnya tidak terlibat dalam politik praktis. Cendekiawan, meminjam istilah W. S. Rendra, seharusnya "berumah di atas angin", di tempat tinggi jauh dari dunia yang fana. Mereka hanya turun sesekali untuk memperdengarkan suara kenabiannya.

Tapi ada pendapat lain. Dengan tidak terlibat, para cendekiawan bukan saja pandangannya jadi steril, tapi juga…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

O
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14

Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…

K
Kekerasan Polisi
1994-05-14

Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…

B
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16

Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…