Pesangon Kecil, Nasabah Pun Telantar

Edisi: 03/28 / Tanggal : 1999-03-29 / Halaman : 71 / Rubrik : EB / Penulis : Taufiqurohman, M. , Arjanto, Dwi , Wiyana, Dwi


SEPANJANG pekan silam, Jakarta serta beberapa kota besar seperti Bandung, Surabaya, dan Medan diguncang aksi protes karyawan bank terlikuidasi. Aksi ini berkesan dramatis. Sebab, kekuatannya terletak bukan pada usaha mengancam pihak majikan, tapi pada upaya memboikot nasabah bank. Mungkin kata "memboikot" tidak terlalu tepat, tapi pengunjuk rasa berdasi itu memang menolak melayani nasabah dalam urusan pemindahbukuan dana nasabah ke bank pembayar. Tujuannya tentu bukan untuk mencelakakan nasabah, tapi lebih diarahkan ke otoritas moneter: agar tuntutan pesangon 10 kali lebih besar dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 3 Tahun 1996 bisa dipenuhi. Aneh memang, yang dituntut lain, yang menjadi korban justru nasabah yang tak punya wewenang apa-apa.

Untuk saat ini, fenomena itu berkesan unik. Lihatlah, ratusan orang muda berpakaian hitam-hitam mengelompok dalam dua ruangan seluas 40 meter persegi. Mereka membaca selawat bersama-sama. Dinding dan kaca ruangan itu seakan ikut berteriak karena dipenuhi poster warna-warni. Dan pada daun pintu, tersemat…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…