Panen Rezeki Dari Keringat Pegawai Negeri

Edisi: 02/28 / Tanggal : 1999-03-22 / Halaman : 44 / Rubrik : INVT / Penulis : Gaban, Farid


IBARAT pandai meniti buih, PT Taspen sebenarnya termasuk perusahaan yang konservatif dalam mengelola dana. Untuk berinvestasi, misalnya, mereka sangat hati-hati dan selalu memilih risiko terkecil. Menurut Purwanto Abdulcadir, direktur utama pengganti Ida Bagus Putu Sarga waktu itu, sebagian besar dana Taspen (51 persen) disimpan dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sisanya, 18 persen dipakai untuk membeli obligasi, 12 persen dalam bentuk deposito berjangka, dan cuma 13 persen untuk investasi langsung.

Komposisi yang disampaikan Purwanto kepada majalah Prospek pada 1993 tersebut rasanya cukup bijak. Soalnya, menurut para analis, dana asuransi memang paling aman jika disimpan dalam bentuk SBI atau deposito. Sebab, risiko kerugian yang timbul sangat kecil, meskipun memang keuntungannya juga jadi sedikit.

Namun itu bukan berarti Taspen tak punya masalah. Kendati cuma 13 persen, investasi langsungnya sangat bermasalah dan sarat dengan manipulasi.

Bentuk investasi langsung ini, pada masa itu, merupakan buntut keluarnya Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227 sampai 231, sesaat menjelang pergantian kabinet pada 1993. Surat yang ditandatangani J.B. Sumarlin itu, antara lain, berisi persetujuan agar PT Taspen bekerja sama dan melakukan penyertaan modal di 17 perusahaan swasta nasional yang belum masuk lantai bursa. Adapun jumlah dana yang dikucurkan untuk penyertaan langsung itu mencapai Rp 1,3 triliun.

Surat Sumarlin itu pun kontroversial karena sejatinya kabinet sedang dalam masa demisioner. Artinya, tidak semestinya seorang menteri mengeluarkan keputusan penting menjelang masa pergantian jabatan. Soalnya, bila kelak timbul masalah--dan belakangan memang terbukti--keputusan yang dikeluarkannya akan sulit dipertanggungjawabkan oleh menteri penggantinya.

Selain itu, surat tersebut tak menjelaskan dari mana nama 17 perusahaan itu didapat dan mengapa mereka yang mendapat kucuran dana itu, bukan yang lain. Lebih-lebih, ternyata perusahaan-perusahaan yang ditunjuk sebagai mitra PT Taspen itu belum jelas kredibilitasnya.

Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan dan Komisaris Taspen kala itu, Benyamin Prawoto, misalnya, membenarkan bahwa beberapa di antara perusahaan itu tidak layak dimodali.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.