Syamsu Djalal: "bebentilah Makan Sebelum Kenyang"

Edisi: 21/27 / Tanggal : 1999-03-01 / Halaman : 30 / Rubrik : NAS / Penulis : Nur Yasin, Ali , Budiyarso, Edy ,

PIRSIS ketika pecah berita soal penyadapan telepon Jaksa Agung Andi M. Ghalib dengan Presiden B.J . Habibie, Jaksa Agung Muda bidang intel, Mayjen (purn.) Syamsu Djalaluddin, diganti. Berbagai isu ramai terdengar sekitar penggantian Syamsu pada Rabu pekan lalu itu--penggantinya adalah Letjen (purn.) Yusuf Kertanegara. Isu itu: mulai soal penyadapan telepon presiden, pemerasan pengusaha di Kejaksaan Agung, hubungannya dengan mantan presiden Soeharto, sampai tidak akurnya Syamsu dengan Andi Ghalib. Syamsu dianggap terlalu "ngotot" meminta kasus-kasus Soeharto ditingkatkan statusnya.

Tapi, ada yang menganggap Syamsu "kesrimpet" kasus amplop di awal karirnya. Orang Padang berusia 56 tahun ini duduk di Gedung Bundar Kejaksaan sejak lima bulan lalu. Tapi, bahwa dia sempat diperiksa atasannya, dibantah oleh Jaksa Agung Muda bidang pengawasan, Jacob Saleh.

Sebelum di kejaksaan, lulusan AMN tahun 1965 ini--seangkatan dengan Letjen Soeyono (bekas Kasum) dan Letjen Yunus Yosfiah (Menteri Penerangan)--adalah Komandan Pusat Polisi Militer, lembaga langsung di bawah Panglima ABRI. Ia pernah bertugas sebagai pengawal pribadi bekas presiden Soeharto.

Berikut petikan wawancara Ali Nur Yasin dan Edy Budiyarso dari TEMPO dengan Syamsu Djalaluddin, sehari setelah serah terima jabatan, Kamis malam 18 Februari 1999 lalu, di mess Puspom yang sederhana di Jalan Kwitang Timur, Jakarta Pusat.

Kabarnya Anda diganti karena mengusulkan penyidikan untuk kasus mobil nasional Timor?

Dalam kasus mobil nasional Timor, unsur-unsur merugikan negara memang telah ada. Siapa-siapa saja yang bermain dalam kasus itu sudah kelihatan. Mengapa kasusnya masih pada tahap penyelidikan lagi? Kalau masih penyelidikan, berarti (tahapnya) hanya mengumpulkan data-data awal.…

Keywords: -

---

Foto Terkait