Bukan Pembantaian Terakhir
Edisi: 21/27 / Tanggal : 1999-03-01 / Halaman : 68 / Rubrik : EB / Penulis : Setyo, Dwi , Riyanto, Agus S. , Bektiati, Bina
SANGKAKALA kematian bank tengah disiapkan. Sepekan lagi, pemerintah akan menjatuhkan vonis: bank-bank yang tak layak hidup akan ditutup selama-lamanya. Menurut Presiden B.J. Habibie, jumlah bank yang akan dibredel mencapai 40-an atau 25 persen dari jumlah bank yang kini beroperasi.
Jumlah ini memang bukan angka pasti. Proses pemilihan bank yang bakal ditebas dan dibiarkan hidup, hingga saat ini, masih berlangsung. Pada prinsipnya, setiap bank akan dilihat tingkat kecukupan modalnya atau capital adequacy ratio (CAR)-nya. Indikator ini diukur dari perbandingan modal dengan aset yang ditimbang menurut bobot risikonya.
Bank akan selamat jika mereka memiliki tingkat CAR 4 persen. Artinya, aset (ditimbang menurut risikonya) tak lebih dari 25 kali modal. Bank-bank ini dikelompokkan dalam kategori A. Sedangkan bank kategori B (CAR antara minus 25 persen dan 4 persen) akan diuji apakah mampu memenuhi syarat-syarat untuk disuntik modal (lihat: Mereka yang Tersungkur). Jika tidak, mereka bakal dilibas.
Daftar bank yang dibredel akan diperpanjang dengan bank-bank kategori C (dengan CAR di bawah minus 25 persen). Jika hingga akhir Februari bank-bank ini tak juga menambah modal, mereka dipastikan bakal masuk kotak.
Berdasarkan hasil uji tuntas (due diligence) yang dilakukan auditor internasional, akhir tahun lalu, ada 41 bank yang kini masuk kategori C. Tapi dari jumlah itu, hingga 17 Februari lalu, tinggal 16 bank yang berada dalam posisi bahaya. Selebihnya, konon, sudah berbondong-bondong masuk ke kelompok B, dengan pelbagai cara yang dramatis.
Salah satu bank yang bakal lolos vonis maut dengan cara dramatis adalah Bank Nusa Nasional (BNN). Berdasarkan hasil uji tuntas, bank milik konglomerasi Bakrie ini sebenarnya nongkrong di kategori C, dengan CAR minus 210 persen. Artinya, modal BNN sudah bolong menjadi lubang menganga superbesar. Jika aset-tertimbang-menurut risiko BNN senilai Rp 2,4 triliun, itu berarti modal BNN sudah minus Rp 4,9 triliun.
Menurut para analis, untuk mendongkrak BNN agar menjadi bank dengan tingkat modal yang cukup, para pemiliknya harus menambahkan modal Rp 5 triliun lebih. Untuk bank yang cuma menyerap dana masyarakat sebanyak Rp 2,9 triliun, suntikan modal sebesar itu merupakan tugas mahaberat. Jika pertimbangannya sekadar bisnis murni, sebenarnya akan lebih gampang bagi Bakrie untuk merelakan BNN ditutup pemerintah.
Tapi beberapa pekan menjelang pengumuman likuidasi bank, BNN tiba-tiba menyelonong masuk kategori B. Catatan CAR-nya sudah berubah dengan amat fantastis: 24,5 persen. Bagaimana caranya? Tak ada jalan lain, lompatan setinggi itu hanya bisa dicapai dengan suntikan modal.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…