Ke Selatan Garuda Berteduh

Edisi: 02/36 / Tanggal : 2007-03-11 / Halaman : 110 / Rubrik : INT / Penulis : Assegaf, Faisal

SUATU hari, Desember tahun lalu, di pos 8-33 Kontingen Garuda XXIII-A di kawasan Syekh Abbad, Libanon Selatan. Seorang prajurit mengeluarkan telepon seluler dari sakunya. Ia mengirimkan pesan pendek kepada istrinya di Tanah Air. ?Mah, Ayah ditempatkan di daerah rawan.?

Selang beberapa saat, ia mendapat jawaban. Nomor pengirim tidak muncul di layar telepon, tapi isinya bernada ancaman: ?Jangan ngomong sembarangan, di sini bukan daerah rawan.?

Mencari penjelasan ke sana-ke mari, prajurit yang takjub itu akhirnya mafhum. Pesan itu datang dari tetangga sebelah. Ya, Israel di seberang perbatasan memiliki sebuah bunker dengan menara komunikasi dan kamera monitor yang senantiasa bekerja 24 jam setiap hari. ?Bahasa binatang pun Israel tahu, apalagi bahasa Indonesia,? kata Mayor Muhammad Irawadi, perwira penerangan Kontingen Garuda XXIII-A.

Pihak TNI menyadari kecanggihan alat penyadap Israel. Karena itu, pasukan Garuda menggunakan bahasa sandi dalam berkomunikasi. Kadang mengubah angka menjadi huruf, kadang huruf menjadi angka. ?Supaya tidak ketahuan,? ujar Irawadi.

Pos 8-33 pasukan Garuda berlokasi di dekat Hula di atas bukit. Pos ini lebih dikenal dengan nama Makam Syekh Abbad karena persis di sebelahnya terdapat sebuah makam yang dibelah dua oleh pagar pembatas. Kuburan ini juga menjadi bahan sengketa antara Israel dan Libanon. Warga Yahudi mengklaim penghuni makam itu adalah rabi mereka yang bernama Rav Ashi, sedangkan warga Syiah Libanon menyebutnya Syekh Abbad.

Pasukan Israel di perbatasan…

Keywords: Pasukan Garuda, Pasukan Perdamaian PBB, 

---

Foto Terkait