'di Ambon Ini Terlalu Banyak Isu'

Edisi: 19/27 / Tanggal : 1999-02-15 / Halaman : 34 / Rubrik : WAW / Penulis : Madjowa, Verrianto , Budiyarso, Edy ,


Siapa sangka, jalinan persaudaraan yang kukuh selama sekian lama itu putus justru pada hari yang paling fitri, Idul Fitri, 19 Januari silam. Kerusuhan kemudian mengoyak kawasan yang semula tenang itu. Lidah api menjilat bangunan. Akibatnya, menurut suatu laporan versi pemerintah, 94 orang kehilangan nyawa, 111 luka berat dan 7 luka ringan. Jumlah rumah yang rusak total 2.017, rusak berat 329 dan ringan 68. Dua belas masjid dan 19 gereja rata dengan tanah, 315 kios/toko hancur, ratusan kendaraan roda dua dan empat--juga becak--jadi abu. Lebih dari 25.000 jiwa terpaksa jadi pengungsi dadakan.

Sampai Senin pekan lalu, Maluku belum boleh tenang. Rombongan anggota Komnas HAM Albert Hasibuan dan Benjamin Mangkoedilaga, yang bermaksud menginvestigasi, justru dihadang parang. Sehari kemudian, giliran Seram yang berubah menyeramkan. Perkelahian antarwarga Desa Kairatu, Kabupaten Maluku Tengah, di Pulau Seram berbuntut rusuh. Tercatat 20 rumah di sekitar Pasar Kairatu terbakar, 4 orang luka-luka, dan 1.100 penduduk diungsikan.

Mengapa kerusuhan bisa meruyak? Benarkah ada provokatornya? Sulit menjawabnya. Ada provokator atau tidak, yang jelas banyak orang jadi sibuk. Dan tak pelak, Gubernur Maluku Muhammad Saleh Latuconsina menjadi pejabat tersibuk di sana pekan-pekan ini. Dalam usia 51 tahun ia harus turun ke lokasi kerusuhan, menenangkan massa, mendata dan menerima tamu-tamu dari Jakarta. "Saya cuma tidur tiga jam sehari," tutur gubernur yang baru dilantik April 1997 menggantikan Akib Latuconsina ini.

Doktor Ekonomi Transportasi dari Marseilles University, Prancis, ini kemudian menuturkan lebih detail soal kerusuhan di Ambon kepada Verrianto Madjowa dan Edy Budiyarso dari TEMPO. Wawancara dilakukan melalui dua cara, secara langsung di Ambon dan melalui telepon genggamnya, pekan lalu. Berikut petikannya.

Ada yang menyebut kerusuhan Ambon itu dipicu oleh langkah Anda menggusur 38 pejabat nonmuslim dari Pemda Maluku?

Itu sama sekali tidak benar. Saya sendiri menjadi bingung bagaimana orang dapat menyebutkan angka 38 orang. Memang ada pejabat eselon I dan eselon II yang dimutasi, dan jumlahnya hampir mendekati 38 orang. Dilihat dari komposisinya, selama saya menjadi gubernur, pada mulanya ada 16 pejabat Kristen dan 19 Islam. Setelah mutasi, yang Kristen menjadi 15 dan Islam 20 orang. Jadi total mutasi pejabat itu sebanyak 35 orang, bukan 38 yang disebut-sebut itu. Kalau dikatakan ada penggantian 38 aparat Kristen oleh aparat Islam itu ngawur. Itu jenis provokasi yang dibuat agar masyarakat terpengaruh.

Jadi tidak benar jika dikatakan penggantian pejabat itu karena motivasi agama?

Tidak benar. Mereka itu ada yang pensiun karena memang sudah waktunya, ada yang diganti seperti layaknya mutasi biasa, dan ada juga yang meninggal dunia. Apalagi untuk memutasi orang itu ada mekanismenya, yaitu melalui Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) yang diketuai oleh Sekretaris Wilayah Daerah, Drs. Akywena. Di dalam badan ini ada bermacam-macam orang dan usul penggantian berasal dari unit yang bersangkutan. Jadi, gubernur itu tidak bisa otoriter seperti raja.

Ketua Baperjakat, Drs. Akywena, beragama Kristen?

Ya. Jadi, saya melihat…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…