Buron Itu Jadi Raja Bir

Edisi: 14/27 / Tanggal : 1999-01-11 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Prabandari, Purwani D. , Kuswardono, Arif A.

KALAU ada maling yang bisa jadi raja, Eddy Tansillah orangnya. Sempat beken sebagai ''raja Bajaj", namanya lalu melambung sebagai ''raja koruptor", setelah dengan lihainya ia membobol brankas Bank Bapindo Rp 1,3 triliun untuk kocek perusahaannya, Grup Golden Key. Kasus megakorupsi yang menghebohkan itu sempat menyeret sejumlah direksi Bapindo ke balik jeruji besi dan terkait dengan sejumlah nama beken seperti mantan ketua DPA Sudomo, mantan Menteri Keuangan J.B. Sumarlin, sampai Tommy Soeharto. Setelah divonis pengadilan 17 tahun penjara, ia lalu jadi ''raja buron" setelah dengan licinnya kabur dari LP Cipinang awal Mei 1996, dalam suatu kisah pelarian yang amat konyol. Sejak itu, ibarat setan, keberadaannya tak terlacak. Bahkan dikabarkan sudah mati. Tiba-tiba sekarang terbetik kabar, pria bernama asli Tan Tjoe Hong itu lagi tenang-tenang menjadi ''raja bir" di Kota Putian, Provinsi Fujian, RRC.

Kehebohan akhir tahun itu bersumber dari temuan Gerakan Masyarakat Peduli Harta Negara (Gempita). Awalnya, menurut Ketua Gempita, Albert Hasibuan, adalah secarik faksimile dari Hong Kong yang ditujukan kepada Hidayat Jati, seorang anggota Gempita, 22 Desember lalu, yang menanyakan hal-ihwal pelarian seorang warga negara Indonesia bernama Eddy Tansil. Info awal dalam faksimile itu tidak detail. Cuma disebut-sebut Mr. ET—begitu sebutan kondangnya—saat ini memproduksi bir, bekerja sama dengan perusahaan bir kenamaan Jerman, Beck's Beer. Pada 1980-an perusahaan Eddy Tansil di Indonesia dan Beck's memang pernah terlibat kongsi, meski kemudian bangkrut pada 1989. Hidayat kontan terperanjat. Ia langsung melakukan sejumlah riset dengan berselancar di internet. Berbagai situs ditelusurinya.

Ia lalu mengonfirmasinya ke beberapa kenalannya. Namanya dirahasiakan, cuma ancer-ancernya, menurut Albert, kontak…

Keywords: -

---

Foto Terkait