Tetap Singgah Meski Tekor

Edisi: 25/34 / Tanggal : 2005-08-21 / Halaman : 100 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Rulianto, Agung, Basral, Akmal Nasery, Kuswardono, Arief A.

DUA tahun lebih merantau, kini Marina harus pulang ke Serasan. Jakarta mulai tak bersahabat bagi perempuan yang bekerja sebagai pelayan di rumah-rumah hiburan yang menyajikan apa saja, mulai dari arena judi hingga perempuan teman kencan.

Gelombang razia yang menyusul pergantian pimpinan Polri rupanya juga menohok nasib perempuan molek dua puluhan tahun ini. Dan pulanglah Marina ke kampung halamannya nun jauh di kawasan yang oleh warganya dikenal dengan nama Kepulauan Tujuh, Kabupaten Natuna, Riau Kepulauan.

Menumpang kapal PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) dari Tanjung Priok, Marina tak langsung menuju Pulau Serasan. Dia mampir dulu ke Tanjung Pinang di Pulau Bintan, menemui Erni, kawan sekampungnya yang bekerja di kota pulau yang bertetangga dengan Singapura itu. Sama saja dengan Marina, masa depan Erni mulai tak jelas setelah tempatnya bekerja di salah satu rumah judi digulung aparat.

Dari Tanjung Pinang mereka menuju Pelabuan Kijang, yang berjarak tak sampai sejam perjalanan darat. Dari situ mereka hanya bisa berharap pada kapal motor Bukit Raya milik Pelni untuk bisa mencapai Serasan. Berdua mereka memegang tiket ekonomi bertarif Rp 158 ribu. “Mana mungkin kami sanggup beli,” kata Erni tentang tiket kelas satu seharga Rp 510 ribu, untuk perjalanan sekitar 40 jam itu.

Dengan jadwal yang tak terlalu bisa diandalkan, ada juga satu kapal perintis yang melayari rute ke Kepulauan Anambas, Natuna, sampai Serasan. Tapi waktu tempuh bisa berlipat dua, dan kenyamanan pun…

Keywords: -

---

Foto Terkait