Sebuah Daftar Di Balik Banjir Darah
Edisi: 31/30 / Tanggal : 2001-10-07 / Halaman : 67 / Rubrik : IQR / Penulis : Suyono, Seno Joko , Prabandari, Purwani D., Laksmini, Gita W.
RUMAH kayu bertingkat dua itu bersahaja, tidak besar, tidak pula mentereng. Rumah tersebut berdiri di kawasan asri Bethesda, Maryland, kira-kira setengah jam berkendaraan dari pusat kota Washington. Sebuah Ford biru sederhana terparkir di pinggir jalan di depan rumah.
"Silakan," kata pemiliknya. Lelaki tua itu memang menunggu TEMPO. Seperti orang-orang seusianya, kulit mukanya penuh kerut. Rambutnya, yang tipis, memutih seperti kabut salju. Suaranya terdengar serak dan bergetar. Itulah Robert J. Martens, ahli komunisme, staf Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta pada 1965. Lelaki berusia 75 tahun yang pernah menderita kanker ini merupakan saksi kunci yang disebut-sebut sebagai penyusun daftar target anggota PKI yang harus dihabisi tentara.
Misteri "daftar target" ini mencuat bersamaan dengan publikasi dokumen Badan Intelijen Amerika (CIA) seputar peristiwa berdarah September 1965, April lalu. Sesuai dengan ketentuan Freedom of Information Act, semua dokumen rahasia dan surat-menyurat pejabat CIA, termasuk radiogram--yang kini telah berumur 30 tahun lebih--dibuka untuk umum. Volume tentang Indonesia disatukan dalam buku Foreign Relations of the United States (FRUS) 1964-1968: Indonesia, Malaysia, Singapore, Philippines, Volume XXVI. Dokumen rahasia tentang Indonesia terdiri atas bab setebal 300-an halaman.
Anehnya, buku yang bisa dibaca dari situs National Security Archive itu tiba-tiba ditarik CIA kembali begitu Megawati dilantik sebagai Presiden RI, menjelang akhir Juli silam. Dokumen yang memuat kisah penggulingan Sukarno ini dianggap bisa merusak hubungan Amerika dengan Megawati. Bagian rawan yang dimaksud adalah bab "Coup and Counter Reaction: October 1965-March 1966".
Dalam catatan editorial halaman 387 disebut ada radiogram Marshall Green--Duta Besar AS untuk Indonesia ketika itu--pada 10 Agustus 1966 ke Washington. Green melaporkan bahwa daftar pemimpin PKI bersama "geng" Partindo dan Baperki yang dibuat Kedutaan AS telah digunakan tentara Indonesia. Kepada Gedung Putih ia juga melaporkan nama para petinggi PKI yang telah mati atau dipenjarakan. Catatan itu menyebutkan bahwa daftar yang kemudian dijadikan "target-mati" itu disiapkan Sekretaris Pertama Kedutaan Besar AS di Jakarta, Robert J. Martens.
Munculnya nama Martens seolah membuktikan kebenaran tulisan Kathy Kadane yang menghebohkan pers Amerika, 11 tahun silam. Wartawan dan pengacara ini menulis artikel berjudul CIA Menyusun Daftar Kematian di Indonesia. Tulisan untuk kantor berita States News Services ini diterbitkan 140 media di Amerika. Isinya adalah upaya para pejabat CIA di Washington dan pejabat Kedutaan Besar AS di Jakarta bahu-membahu menghimpun, memilih, mencoret--singkatnya menyeleksi--nama-nama tokoh PKI. Ada…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…