Lain Estrada, Lain Wahid
Edisi: 50/29 / Tanggal : 2001-02-18 / Halaman : 74 / Rubrik : SEL / Penulis : Zulkifli, Arif, ,
JOSEPH Ejercito Estrada tak pernah membayangkan bakal meninggalkan Istana Malacanang secepat itu. Di hari-hari terakhir kekuasaannya, ia masih sempat berkata, "Saya tak akan jatuh." Tapi, politik tak cuma patuh pada keyakinan seorang presiden. Dan sejarah Filipina mutakhir membuktikannya: Estrada benar-benar terjungkal.
Di atas kertas, Erap, begitu ia dijuluki, pantas untuk optimistis. Berbeda dengan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid, Estrada menguasai Senat, lembaga tertinggi dalam parlemen Filipina (lihat tabel).
Apa yang Sama, Apa yang beda?
Saat voting Senat dilakukan untuk memastikan kesalahannya-menerima suap dari bandar judi dan manipulasi pajak tembakau-11 dari 21 anggota Senat yang hadir tak mau membuka amplop yang menguatkan bukti kesalahan Erap.
Erap juga menguasai parlemen Filipina (Kongres). Seperti negara lain yang mengadopsi model Amerika, Kongres memiliki dua "kamar": Senat sebagai majelis tinggi, dan House of Representatives sebagai majelis rendah. Di awal perjuangan Kongres untuk memecat (impeach) Erap, diperkirakan 160 dari 218 anggota House of Representatives berdiri di belakangnya. Ini sebetulnya bisa dipahami. House of Representatives…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…