Cerita Dari Lapangan Banteng

Edisi: 11/36 / Tanggal : 2007-05-13 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dharmasaputra, Metta, Susanto, Heri, Nafi, Muhammad


PIDATO Wakil Presiden Jusuf Kalla terasa menggelegar. Di hadapan gubernur, bupati, dan wali kota dari seluruh penjuru negeri, Ketua Umum Partai Golkar ini tampak gusar. ”Mana ada negara yang sudah 60 tahun merdeka, rakyatnya masih antre beras!” ujarnya.

Karena itulah, kata Kalla dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis pekan lalu, pemerintah dalam dua tahun ke depan akan membangun infrastruktur besar-besaran. Tujuannya agar pertumbuhan ekonomi bisa ditingkatkan. Untuk keperluan itu, alokasi anggaran ditingkatkan. Pembahasan soal ini telah dilakukan dalam sidang kabinet.

Dalam rapat, Kalla mengisahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempersilakan menteri yang berkeberatan untuk bicara. Tapi ternyata tak ada yang angkat tangan. ”Ya, sudah, boleh-boleh saja menteri menggerutu, tapi harus setuju,” katanya. Geerrr…, peserta musyawarah sontak tertawa.

”Banyolan” Kalla itu, menurut sumber Tempo, sempat membuat merah kuping sejumlah anggota tim ekonomi kabinet. Sebab, sudah lama terdengar, para menteri ekonomi di bawah Menteri Koordinator Perekonomian Boediono dinilai Kalla lamban bekerja dan pelit menggelontorkan dana.

Dalam pertemuan empat mata dengan SBY di ruang kerja Presiden, Selasa tiga pekan lalu, Kalla sempat menyampaikan perlunya evaluasi tim ekonomi dalam agenda reshuffle kali ini. Wakil Presiden juga mendesak agar beberapa menteri ekonomi disetip dari kabinet—khususnya menteri ekonomi di sektor riil, yang dinilai lelet dan kurang koordinasi.

Sejak isu perombakan kabinet berembus kencang sebulan lalu, aroma ”perseteruan” Boediono-Kalla bikin senewen investor dan pebisnis. Hampir saban hari broker dan investor saham di lantai bursa menggunjingkan nasib Boediono, yang dikabarkan bakal ikut dilengserkan atau mengundurkan diri.

Buat kalangan ini, reshuffle boleh melanda siapa saja, tapi bukan Boediono. Soalnya, doktor ekonomi bisnis lulusan Wharton School, University of Pennsylvania, Amerika Serikat, ini dinilai berkualitas tinggi. Kebijakannya yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…