Terlibat Perang Teluk

Edisi: 49/20 / Tanggal : 1991-02-02 / Halaman : 47 / Rubrik : PT / Penulis :


Perang Vietnam, menurut George Ball, tokoh senior Departemen Luar Negeri AS
pada masa Kennedy dan Johnson, adalah kesalahan terbesar yang dibuat Amerika
dalam sejarahnya. Jenderal William Westmoreland menyebut kekalahan itu adalah
"dosa" Presiden Lyndon Johnson: yang terlalu lamban dan mengalah pada opini
rakyat Amerika yang menentang perang. Ia juga menuduh media massa suka
memutarbalikkan cerita hingga "meracuni" pikiran bangsa Amerika yang ada di
rumah. Kolonel Harry G. Summers, pengajar di Army War College, menyimpulkan AS
mengalami kegagalan strategi. Bagaimana kenyataan yang sesungguhnya ditulis
dengan gamblang oleh Stanley Karnow dalam buku Vietnam A History (1983) dan On
Strategy oleh H.G. Summers Jr (1982).

; RIBUAN nama tertoreh di dinding batu hitam berkilat di Washington. Itulah
monumen keterlibatan Amerika Serikat dalam pertumpahan darah di Vietnam. Tak
kurang 57.939 warga Amerika yang tewas dan hilang dalam perang yang akan sulit
dilupakan oleh negeri yang kini kembali terlibat dalam Perang Teluk itu.

; Generasi muda Amerika yang pupus itu rata-rata berusia 19 tahun. Mereka
adalah saksi berakhirnya keyakinan mutlak Amerika pada kekuatan militernya
yang tak terkalahkan dan kebanggaan sebagai bangsa yang paling demokratis.
Singkat kata, dengan matinya tunas-tunas Amerika itu, mati pula mimpi sebuah
"Abad Amerika".

; Amerika, dengan pemimpin progresif macam John F. Kennedy (1961-1963) dan
Lyndon B. Johnson (1963-1969) ketika itu, yakin dapat mengulurkan etika
liberal mereka ke Vietnam untuk menangkal paham totaliter. Namun, sayang, yang
terjadi sebaliknya. Vietnam akhirnya justru dikuasai oleh komunis Vietnam
Utara yang disokong Uni Soviet -- kendati lebih banyak korban jatuh di pihak
komunis, sekitar 600 ribu.

; Perang Vietnam, menurut George Ball, tokoh senior Departemen Luar Negeri AS
pada masa Kennedy dan Johnson, "Barangkali satu-satunya kesalahan terbesar
yang dibuat Amerika dalam sejarahnya." Dalam bahasa Profesor Daniel Bell,
"Abad Amerika" itu "terperosok di parit Vietnam". Mengapa bangsa besar Amerika
kalah?

; Rakyat Amerika menyalahkan pemimpin politik mereka. Ini hasil pengumpulan
pendapat yang dibuat seusai perang. Menurut mereka, para pemimpin itu
menahan-nahan aksi militernya hingga mereka batal sebagai pemenang. Tak kurang
dari 82 persen bekas tentara Amerika yang terlibat di medan perang, pada
survei tahun 80, percaya bahwa mereka "kalah perang karena kami tak dibiarkan
menang".

; Seolah ingin membuktikan kehebatan mereka, 66 persen dari veteran Vietnam itu
sudi mengulang perang. Banyak pula perwira senior Amerika yang turun tangan ke
Vietnam yakin, kekalahan itu bisa dicegah asal perang lebih diefektifkan.

; Jenderal William Westmoreland, yang pada 1965-1968 memimpin pasukan AS di
kancah perang itu, menyimpan daftar keluhan dalam buku catatannya. Ia menyebut
"dosa" Presiden Lyndon Johnson: terlalu lamban dalam mengintensifkan kekuatan
perang, menolak usul penyerbuan ke tempat perlindungan musuh di Laos dan
Kamboja, dan tidak memberikan perlengkapan perang yang memadai bagi sekutu
Amerika, Vietnam Selatan. Johnson juga dinilai terlalu mengalah pada opini
rakyat Amerika yang menentang perang.

; Westmoreland juga menyalahkan Presiden Nixon dan penasihat keamanan
nasionalnya, Henry Kissinger, karena "melepaskan" rezim Vietnam Selatan atas
persetujuan gencatan senjata 1973, yang memungkinkan pasukan Vietnam Utara
bertahan di selatan.

; Namun, celaan jenderal itu paling keras pada jaringan televisi dan surat
kabar. Media massa, katanya, suka memutarbalikkan cerita, hingga "meracuni"
pikiran bangsa Amerika yang ada di rumah. Akibatnya, rakyat Amerika menentang
perang Vietnam. "Ini pelajaran. Janganlah anak-anak muda dikirim ke medan
perang kalau bangsanya sendiri tak mendukungnya", kata Westmoreland.

; Bukan hanya Westmoreland yang sebal pada wartawan-wartawan itu. Banyak
pejabat militer eks Vietnam lainnya yang berpendapat sama. Kuli tinta Amerika
di Vietnam, kata mereka, melebih-lebihkan kekejaman perang. Padahal, menurut
sisa-sisa laskar Vietnam itu, yang melakukan kejahatan itu justru Presiden
Johnson. Ia dengan sengaja tidak mengerahkan upaya agar pendukung perang di
negerinya bebas dari ketakutan bahwa mobilisasi rakyat akan membawa petaka
pada program-program ekonomi dan sosial dalam negeri. Sedangkan, tanpa
dukungan di tanah air, semangat prajurit di lapangan patah.

; Ini dibenarkan oleh Jenderal Fred Weyand, komandan Amerika terakhir di Negeri
Paman Ho itu. "Tentara Amerika benar-benar tentara rakyat, dalam arti milik
bangsa Amerika, yang mempunyai kepentingan dengan keterlibatan ini. Jadi,
tentara akan bertindak jika rakyat berpendirian sama. Kalau rakyat Amerika
sudah ingkar, sia-sia saja usaha untuk tetap mempertahankan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
MEMPERBAIKI KETURUNAN
1994-05-14

Penyanyi ruth sahanaya ,27, menikah dengan jeffrey waworuntu, 29, di bandung. resepsi di hotel papandayan…

N
NOVELNYA LARIS UNTUK SINETRON
1994-05-14

Y.b. mangunwijaya genap berusia 65 tahun. perayaan ulang tahunnya berlangsung di hotel santika, yogyakarta, dengan…

P
PENYAIR JUGA BAYAR LISTRIK
1994-05-14

Penampilan rendra, 59, di panggung gedung olahraga kridosono, yogyakarta, memukau penonton. ia membawakan beberapa sajaknya…