Kematian Di Bawah Laut

Edisi: 11/36 / Tanggal : 2007-05-13 / Halaman : 72 / Rubrik : LIN / Penulis : Widyanto, Untung, Purnama, Deffan,


MAWARDI Ahmad kini mesti berhitung jika ingin meng-operasikan kapal motornya. Ikan-ikan makin sulit dijaring, padahal ongkos bahan bakar naik. “Kapal harus berlayar ke tengah laut,” katanya. Ini keluhan Mawardi, seorang nelayan di Sukamaju—sebuah desa di wilayah Kabupaten Simeulue—saat berbincang dengan Tempo pada pekan lalu.

Menurut Mawardi, sebelum gempa dan tsunami menerpa Simeulue dan sejumlah wilayah Aceh pada Desember 2004, kapal motor dia mampu mengangkut ikan 400 kilogram saban kali melaut. Itu pun tak perlu jauh-jauh ke tengah. Kini, keadaannya jauh berbeda. Kapalnya cuma sanggup menangkap setengah dari perolehan di atas setelah dua malam melaut.

Gempa dahsyat berkekuatan 8,7 pada skala Richter di masa tsunami memang masih menyisakan penderitaan bagi Mawardi dan ribuan warga Pulau Simeulue. Tumbukan lempeng Samudra Indonesia dan daratan Asia telah mengangkat pesisir pulau sampai setinggi 1,2 meter dari permukaan laut. Akibatnya, terumbu karang yang menjadi habitat ikan karang dan ikan permukaan menyembul ke permukaan lalu mengering. Ikan-ikan yang telah kehilangan habitat makin jarang kelihatan.

Hancurnya terumbu karang di Simeulue, yang terletak 150 kilometer dari Labuhan Haji di pantai barat Aceh, ramai diberitakan sejumlah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14

Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…

B
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14

Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…

D
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16

Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…