Tarik-ulur Jaminan Proyek Listrik

Edisi: 11/36 / Tanggal : 2007-05-13 / Halaman : 95 / Rubrik : EB / Penulis : Sulistyowati, Retno, Susanto, Heri,

PERUNDINGAN antara Indonesia dan konsorsium bank-bank Cina mandeg. Dalam negosiasi yang dimulai akhir April lalu itu, kedua pihak gagal mencapai kata sepakat soal kondisi dan persyaratan (term and conditions) jaminan pemerintah untuk proyek percepatan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu megawatt.

Bukannya segera mencari kata sepakat, Sinosure, lembaga penjamin yang mewakili perbankan Cina, malah memutuskan pulang kampung, awal pekan lalu. Alhasil, meja perundingan yang baru berjalan sekitar sepekan terpaksa dilipat kembali. ”Masih pending. Mereka pulang ke Cina dulu,” kata sumber Tempo di pemerintahan, Kamis lalu.

Soal jaminan proyek inilah yang membuat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati puyeng. Satu per satu investor yang berniat menanamkan modal di Indonesia menuntut hal itu. Mula-mula investor proyek jalan tol, kemudian monorel. Kini, lender yang akan mendanai pembangunan proyek pembangkit listrik pun memintanya. ”Banyak yang bilang nggak berani berinvestasi kalau tidak ada jaminan,” ujarnya.

Sri Mulyani dan Menteri Koordinator Perekonomian Boediono yang semula menolak memberikan jaminan akhirnya menyerah. Proyek listrik ini memang sangat krusial bagi Indonesia. Saat ini, PT PLN sebagai penyedia setrum terbesar di Indonesia makin sulit memenuhi kebutuhan listrik, terutama dari sektor industri. Apalagi, jika ada pembangkit yang rusak. Di sejumlah daerah, pemadaman bergilir sudah menjadi pemandangan biasa.

Soal ini juga terkait dengan subsidi listrik. Saat ini, 28 persen pembangkit listrik milik PLN masih…

Keywords: -

---

Foto Terkait