Rahasia Kampus Laris

Edisi: 12/36 / Tanggal : 2007-05-20 / Halaman : 82 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Agustina, Widiarsi, Widyanto, Untung, Taufik, Ahmad

SETIAP membaca iklan bursa pencari kerja, Suster Yustiana C.B. selalu deg-degan. Jika menemukan nama lulusan Akademi Sekretaris Tarakanita pada daftar antre memperoleh kesempatan bekerja, ia langsung dihinggapi rasa bersalah. "Aduh, jangan sampai setelah lulus terus tidak kerja," kata Direktur Akademi Sekretaris Tarakanita itu sambil mengelus dada.

Staf pengajar lembaga pendidikan kejuruan yang berdiri empat dekade silam itu biasanya menghubungi alumnus yang memasang iklan mencari kerja itu. Mereka menawarkan bantuan. "Tapi, akhirnya ketahuan, lulusan kami yang beriklan itu sebenarnya sudah bekerja dan sedang mencari pengalaman baru di tempat lain," kata Yustiana, lega. Artinya, rekor manis Tarakanita--seratus persen lulusannya pasti berhasil mendapat pekerjaan, bahkan sebelum diwisuda--masih tak berubah.

Memang, sebagian besar mahasiswa ingin segera bekerja setelah menamatkan kuliah. Yang jadi masalah, belum banyak perguruan tinggi yang benar-benar menyiapkan lulusan mereka menurut standar yang diharapkan dunia kerja. Akibatnya, sering terdengar keluhan tentang kesenjangan antara kualitas lulusan dan kebutuhan riil perusahaan pemakai tenaga kerja.

Akademi Sekretaris Tarakanita adalah salah satu lembaga pendidikan tinggi yang diakui mampu menjembatani kesenjangan itu. Hening Dwi Astuti, Corporate Secretary PT Pharos Indonesia, membenarkan sinyalemen itu. Sejak lebih dari lima tahun lalu, perusahaan farmasi ini selalu menggunakan staf administrasi lulusan Tarki--demikian akademi ini biasa disebut. "Disiplin sekretaris dari…

Keywords: -

---

Foto Terkait