Terlibas Operasi Sapu Bersih

Edisi: 21/36 / Tanggal : 2007-07-22 / Halaman : 90 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Nafi, Muchamad, ,

SUDAH tiga bulan mesin-mesin gergaji itu terabai. Suara berisik pemotongan kayu tak lagi terdengar di CV Mandiri di Tahandut Sebrang, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Area kilang kayu seluas dua kali lapangan sepak bola itu pun lengang sudah. Dari sekitar seratusan pekerja, tinggal empat yang tersisa di sana.

Hari-hari Sugianto, sang pemilik perusahaan, pun kini hanya diisi kesibukan mengurusi peralatan kilang yang tersisa, atau membenahi sejumlah gudang penyimpanan kayu. Sebagian gudangnya malah dibongkar. ”Kalau dibiarkan terus berdiri, nanti harus membayar izin,” katanya kepada Tempo, Kamis pekan lalu. ”Padahal, kami sudah tidak berproduksi.”

Usaha Sugianto lunglai akibat kelangkaan bahan baku kayu. Sejak April lalu, pasokan gelondongan kayu, yang biasanya masuk berpuluh-puluh kubik setiap hari, praktis terhenti. Tak ada lagi kayu meranti, balau, bengkirai, keruing, maupun ulin. Kayu-kayu berkualitas menengah ke atas itu tiba-tiba raib. Terpaksa ia menutup sebagian besar kegiatan usahanya.

Cerita kelam itu sesungguhnya bermula dua tahun lalu. Pada Maret 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4/2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Secara Ilegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya.

Ada 18 instansi terkait dengan urusan ini. Mulai dari Menteri Kehutanan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, kepolisian, gubernur, hingga bupati atau wali kota. Tapi,…

Keywords: -

---

Foto Terkait