Berkelana Ke Dunia Tipu Daya
Edisi: 23/36 / Tanggal : 2007-08-05 / Halaman : 74 / Rubrik : GH / Penulis : Budiman, Irfan, ,
Itâs a kind of magic
One shaft of light that shows the way
Mirip lirik lagu lawas kelompok musik Queen itu, Deddy Corbuzier, 31 tahun, menemukan seberkas cahaya dalam terowongan hidupnya gara-gara magic alias sulap. Ketika memulai karier, ia praktis tak punya apa-apa. Pergi ke mana-mana pun harus naik turun bus kota. Sekarang dia wira-wiri menggunakan Mercedes-Benz keluaran terbaru.
Beberapa rumah dan mobil lain yang ia miliki membuat hidupnya kini terasa nyaman. âSemua itu saya dapatkan dari profesi ini,â katanya. Wajar saja, honornya untuk sekali manggung dipatok hingga Rp 60 juta. Tak ada perbedaan untuk launching produk atau sekadar pesta ulang tahun. Jumlah itu bertambah bila acara dilangsungkan di luar kota.
Deddy sedang menikmati booming bisnis sulap yang telah ia rintis sejak sembilan tahun silam. Dari pertunjukan di acara-acara kecil, ia mulai membetot perhatian publik setelah tampil di layar televisi dalam salah satu segmen acara puspa ragam.
Di panggung, ia tampil memikat dengan gaya baru, dandanan ala gothic dengan pakaian serba hitam dan rambut panjang terikat rapi. Juga dengan intonasi khas ketika berbicara yang membuatnya lekas diingat penonton. Gongnya apalagi kalau bukan teknik sulapnya yang mencengangkan. Sendok pun jadi bengkok.
Publik seakan mendapati seorang David Copperfield lokal dalam diri pesulap bernama asli Deddy Cahyadi Sundjojo itu. David yang asal Amerika telah lebih dulu memukau khalayak dengan ilusi-ilusi ciptaannya sejak pertengahan 1990-an lewat acara di televisi swasta hampir tiap malam.
Tak cuma menyukai trik-trik yang dilakukan Deddy, sejumlah orang ingin mempelajari dan menguasai teknik sulapnya. Ia tak menyia-nyiakan peluang itu dan membuka sekolah sulap. Mula-mula bernama Pentagram dan belakangan diganti menjadi Corbuzier School of Magic. Seperti pertunjukan sulapnya, sekolah ini juga mendatangkan duit.
Di sekolah itu ada beberapa kelas. Ada kelas untuk mereka yang sekadar ingin bersenang-senang atau bergaya, ada juga kelas untuk profesional yang memakai ilmu sulap untuk membantu pekerjaannya seperti dokter atau petugas penjualan. Beberapa tokoh publik seperti Aa Gym dan Agum Gumelar, menurut Deddy, pernah ikut kelas ini. âMereka belajar sulap cuma untuk melepas penat,â ujarnya.
Salah satu muridnya adalah Gede Kamajaya, 37 tahun. Pria yang berprofesi sebagai dokter ini berasal dari Bali. âKebetulan saya sedang libur selama tiga bulan di Jakarta,â katanya. Tiap akhir pekan ia menyempatkan diri belajar sulap. Sekarang ia telah mengetahui tipuan permainan sulap yang selama ini membuatnya terpesona. âTernyata ada rahasianya,â katanya sambil terbahak.
Gede tidak mereken biaya dan juga…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…