Tersandung Di Jantung Kapitalisme

Edisi: 25/36 / Tanggal : 2007-08-19 / Halaman : 184 / Rubrik : EB / Penulis : Arvian, Yandhrie,


TERBANG dari Jakarta menuju San Francisco, Amerika Serikat, Sigit Pramono mengemban misi penting. Di negeri adikuasa ini, akhir Juli lalu, Direktur Utama Bank Negara Indonesia itu turun gunung untuk menjala minat investor asing atas saham BNI yang bakal dijajakan. Sigit dan rombongannya juga terbang ke Boston, lalu meneruskan perjalanan darat ke New York.

Jual saham BNI sampai ke Amrik? Begini ceritanya. Setelah tertunda hampir tiga tahun, bank terbesar ketiga di Indonesia ini bersiap kembali untuk menjual 15 persen saham baru lewat penawaran terbatas (rights issue) kepada para pemegang sahamnya. Bersamaan dengan itu, pemerintah akan kembali melego 15 persen kepemilikan sahamnya di BNI lewat penawaran saham perdana kedua (secondary offering). Total saham yang dilepas sekitar 30 persen atau 3,95 miliar lembar.

Pemerintah mematok harga pada kisaran Rp 2.050–2.700 per saham. Dari perkiraan Rp 8–10 triliun fulus yang bisa dijaring, pemerintah berharap dana segar yang bakal mengalir ke kas negara sebanyak Rp 4,7 triliun. Masalahnya, mendulang dana segede itu bukan perkara sepele. Selain investor domestik, peran pemodal asing amat dinanti. Karena itulah Sigit pun ”turun gunung” menyambangi investor di berbagai kota di negeri jantung kapitalisme dunia itu.

Ada perwakilan dua penjamin emisi penjualan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…