Joseph Stiglitz: Indonesia Perlu Agenda Baru

Edisi: 26/36 / Tanggal : 2007-08-26 / Halaman : 45 / Rubrik : WAW / Penulis : Basral, Akmal Nasery, Riza, Budi, Parera, Philipus


Joseph Stiglitz adalah suara nyaring, dan berbeda, dari Barat. Sementara Konsensus Washington, 10 formula yang diracik oleh ekonom John Williamson pada 1987–1988, diadopsi oleh institusi-institusi keuangan terkemuka seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Departemen Keuangan Amerika Serikat sebagai resep untuk memulihkan kelumpuhan ekonomi sebuah negara, Stiglitz yang berada di kubu ekonom Neo-Keynesian menyatakan, negeri-negeri yang patuh mengikuti resep itu justru sulit bangkit dari keterpurukan ekonomi.

Pengalaman kerjanya di Bank Dunia mendudukkan dirinya sebagai ”pengkhianat” sekaligus kritikus Bank Dunia yang jeli menunjuk kesalahan-kesalahan lembaga itu.

Selasa pekan lalu, atas prakarsa majalah ini, penerima Hadiah Nobel untuk Ekonomi 2001 ini menjadi pembicara pada seminar bertajuk ”Indonesia Menghadapi Globalisasi” di Hotel Four Seasons, Jakarta. Menjelang tengah malam pada hari yang sama, Stiglitz menerima wartawan Tempo Akmal Nasery Basral, Budi Riza, Philipus Parera, Maria Hasugian, dan fotografer Yosep Arkian untuk sebuah wawancara khusus. Berikut petikannya.

Anda kelihatan sangat kritis menyoroti aturan investasi yang dibuat pemerintah Indonesia, mengapa?

Memang, ada beberapa masalah. Jangka waktu konsesi yang diberikan pemerintah Indonesia sangat panjang untuk eksploitasi sumber daya alam. Ini persoalan besar karena tidak memperhitungkan perubahan-perubahan buruk yang bisa terjadi dalam evolusi pasar. Misalnya konsesi pertambangan minyak ketika harga minyak US$ 15 per barel. Mereka akan kehilangan uang karena sekarang harganya US$ 75. Jadi, harus hati-hati dalam kontrak jangka panjang kecuali anda membuat kesepakatan-kesepakatan yang benar berkaitan dengan perubahan-perubahan tak terduga dalam kontrak—hal yang tidak dilakukan oleh banyak negara.

Berapa tahun idealnya sebuah konsesi diberikan?

Itu tergantung pada jenis mineralnya. Dalam beberapa kasus, ketika kesepakatan-kesepakatan tidak berjalan, lebih baik membatalkannya daripada sekadar memperbaikinya dan mengatakan, ”Oke, sekarang kami menghendaki sebuah tender yang kompetitif.” Masalah kedua, problem arbitrase internasional dalam menyelesaikan sengketa bisnis. Ini…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…