Mallam Nuhu Ribadu: Tidak Sulit Menangani Kasus Soeharto
Edisi: 29/36 / Tanggal : 2007-09-16 / Halaman : 130 / Rubrik : WAW / Penulis : Hasugian, Maria, H
PRIA bertubuh kurus dengan wajah ramah itu menjadi bin tang dalam Seminar Regional Asia Pasifik bertajuk Antikorupsi di Denpasar, Bali, pekan lalu. Hasil karya nyaâmembawa pulang harta jarahan para koruptor asal Ni geria senilai miliaran dolar Amerika dalam tempo empat tahunâmenjadi referensi bagi peserta seminar dari 32 negara.
Mallam Nuhu Ribadu memilih jalan hidup berbeda saat korupsi menjadi suatu kewajaran di negaranya. Waktu itu, ia menjadi polisi yang dikenal lurus. âMasyarakat kami tak pernah mempermasalahkan korupsi hingga EFCC berdiri,â ujar Ketua Eksekutif Economic and Financial Crimes Commission (EFCC) itu.
Bersama 1.500 anggota stafnya di EFCC, penggemar pizza ini lantas bekerja keras memburu koruptor. Me reka mengirim sejumlah gubernur, bekas menteri, dan kepala polisi ke balik terali besi. Mereka menelusuri alir an uang hasil korupsi sampai ke luar ne geri dan membawanya kembali ke Nigeria. Berkat ketekunan Ribadu, korupsi, yang tadinya bak kanker ganas di Nigeria, perlahan mulai terkikis. Negara penghasil minyak terbesar di Be nua Afrika itu kini berhasil membayar hampir semua utangnya.
Kepada Maria Hasugian dan Rofiqi Hasan dari Tempo, Ribadu memaparkan upayanya membawa Nigeria keluar dari keterpurukan. Ia tak habis pikir me ngapa pemerintah Indonesia tak kunjung mampu membawa pulang hasil jarahan para koruptornya. Berikut ini nukilan wawancara yang sesekali diselingi tawa karena humor-humor segar Ribadu.
Anda dipuji dalam menangani kasus mantan presiden Jenderal Sani Abacha yang melarikan uang hasil jarahannya ke beberapa negara. Bagaimana cara nya?
Saya tidak terlibat langsung dalam penanganan kasus Abacha, yang dimulai pada 1999. Sebab, saya baru diangkat jadi Kepala Eksekutif EFCC pada 2003. Tapi, sewaktu jadi polisi, saya juga menangani kasus itu. Abacha dan keluarganya mencuri uang negara hingga US$ 6 miliar (sekitar Rp 54 triliun). Kami berhasil membawa pulang US$ 1 miliar. Lalu kami menyusun satu cara untuk melawan korupsi. Ketika Abacha meninggal pada 1998 dan Obasanjo naik jadi presiden, kami menyuarakan ke mana-mana soal perlawanan kami ter hadap korupsi. Tidak adil negara-ne gara kaya mencuri uang negara miskin dan membiarkan korupsi terjadi.
Ke mana saja…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…