Perburuan Ladang Tua
Edisi: 39/36 / Tanggal : 2007-11-25 / Halaman : 118 / Rubrik : EB / Penulis : Susanto, Heri, ,
PUDJO Suwarno sesungguhnya sudah berusia 55 tahun. Namun umur tak menghalangi pria tambun ini menjalani misi khusus yang menguras fisiknya. Dalam tiga tahun terakhir, General Manager Medco Energi ini makin sering terjun memburu ladang minyak. Hampir setiap bulan, ia rajin menempuh perjalanan jauh dengan medan berat. Ia mesti membelah hutan rimba, menembus rawa-rawa, menapaki gurun, hingga menyeberangi lautan.
Ia tak peduli di mana emas hitam itu berada. Bukan cuma di pedalaman Papua atau di tengah Laut Natuna, di gurun pasir Libya pun dikejar. Menginap di pulau terpencil tak jarang ia lakoni. Yang penting, ambisi Medco mendongkrak produksi minyak mentah dari 75 ribu menjadi 100 ribu barel per hari (bpd) segera terwujud. âKami memang sangat agresif memburu tawaran meskipun kami tak selalu menang,â katanya.
Medco sesungguhnya cukup disegani di kalangan pelaku bisnis migas Indonesia. Didukung pengalaman puluhan tahun serta kemampuan finansial dan teknologi, tak sedikit pemain migas yang keder ketika harus bersaing dengan perusahaan yang didirikan oleh pengusaha Arifin Panigoro ini.
Namun, dalam tiga tahun terakhir ini situasinya sudah berubah. Penantang Medco jauh lebih banyak. Puluhan pemain baru datang meramaikan bisnis pengeboran migas Indonesia yang semula hanya dikuasai oleh pemain lama. Penyebabnya, selain prosedur investasi migas makin sederhana, poin terpenting adalah harga minyak dunia yang kian melejit hingga mendekati level US$ 100 per barel.
Minyak kini menjadi komoditas yang paling diburu dalam beberapa bulan terakhir ini. Sejumlah investor asing pun mulai masuk ke Indonesia. Lihat saja Marathon International Petroleum, Anadarko Petroleum Corp., Altar Sociedade, Genting Oil, dan Asia Petroleum. Beberapa di antaranya pemain lama di perminyakan, tetapi baru belakangan melirik negeri ini.
Dari dalam negeri juga bertaburan puluhan pemain baru. Di antaranya terdapat mantan eksekutif di perusahaan minyak raksasa yang mencoba banting setir jadi pengusaha minyak. Contohnya Supramu Santosa, Wahyudin Yudiana, Sammy Hamzah, Mustiko Saleh, dan John Karamoy. âLebih baik jadi kepala ikan kecil daripada ekor ikan besar,â kata Yudiana, mantan Presiden Direktur Chevron Indonesia.
Selain mereka, lebih banyak lagi pendatang lokal yang benar-benar baru di bisnis migas. Itu mewakili beragam profesi dan jenis usaha. Sebut saja pengusaha kertas Sukanto Tanoto (Raja Garuda Mas) dan Prajogo Pangestu (Barito Pacific). Ada bos media seperti Surya Paloh (Grup Media) dan Dahlan Iskan (Jawa Pos). Di kalangan bankir investasi, muncul nama Patrick Walujo (Northstar) dan Sandiaga Uno (Saratoga Investama).
Produsen makanan dan minuman disebut-sebut ikut meramaikan pertarungan bisnis ini, seperti Grup Kopi Kapal Api (Soedomo Margonoto) dan Grup Wings kepunyaan Eddy Wiliam Katuari. Begitupun pemilik Toko Buku…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…