Anwar Suprijadi: Modal Saya Cuma Moral
Edisi: 42/36 / Tanggal : 2007-12-16 / Halaman : 48 / Rubrik : WAW / Penulis : Dewanto, Nugroho , Agustina, Widiarsi, Ekawati, Arti
Tiga sedan supermewah itu dibiarkan teronggok berselimut debu. Lamborghini yang nilainya ditaksir Rp 3,8 miliar, Ferrari seharga Rp 2 miliar, dan Rolls Royce Phanotom berbanderol Rp 6 miliar. Sudah beberapa pekan ketiganya diparkir di halaman belakang gudang kompleks Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tak jauh dari sana, berderet mobil Isuzu OZ pick-up yang dipesan TNI-AD untuk dipakai sebagai ambulans.
Mobil-mobil itu sejak awal November lalu ditahan aparat Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Priok, bercampur dengan rupa-rupa barang sitaan lainnya dari 82 peti kemas. Semuanya dibeslah karena tidak memenuhi ketentuan yang berlaku dan merugikan negara. âDari tiga mobil itu saja negara merugi Rp 9,3 miliar. Mereka memakai fasilitas diplomat,â kata Direktur Jenderal Bea dan Cukai Anwar Suprijadi.
Penyimpangan di Pelabuhan Tanjung Priok hanya satu dari sekian keruwetan yang sedang diurai Anwar Suprijadi. Sejak memimpin instansi Bea dan Cukai hampir dua tahun lalu, ia bertekad mengubah wajah buram aparat duane. Tanpa ditemani staf, ia kerap melakukan inspeksi mendadak ke berbagai gerbang lalu lintas barang seperti Batam, Merak, dan Semarang untuk melihat langsung kinerja aparatnya.
Anwar sendiri memberikan contoh kerja keras. Tiap hari, pukul 05.00, ia sudah meninggalkan rumahnya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tatkala kebanyakan pegawainya baru bangkit dari peraduan, ia sudah memelototi agenda kerja dan melahap berbagai dokumen di kantor. Dan biasanya ia baru pulang ke rumah ketika matahari sudah lama tenggelam.
Dalam suasana pagi yang diselimuti hujan rintik-rintik, Rabu pekan lalu, Anwar menerima Nugroho Dewanto, Widiarsi Agustina, dan Arti Ekawati dari Tempo. Ia sendiri yang membuka pintu dan menyambut Tempo di kantornya di Jalan Ahmad Yani, Jakarta Timur. Dari jendela kantornya, pelataran parkir Bea dan Cukai masih terlihat lengang.
Bagaimana cerita penyitaan mobil mewah selundupan itu?
Penyelundupan mobil seperti ini sudah berlangsung lama, sejak 30 tahun yang lalu. Modus operandinya, mobil-mobil itu dibeli warga negara Indonesia melalui fasilitas tertentu. Temuan itu bukan karena ada informasi, tapi hanya melihat data. Kok, perusahaan pemasok mobil dari Singapura dan pengurus jasa kepabeanannya, perusahaan yang itu-itu saja. Fasilitas itu juga selalu diberikan oleh negara-negara yang sama. Ini tidak logis.
Apakah tak ada hambatan ketika hendak melakukan penindakan?
Prosedur ini terlihat rapi. Tapi kita kan juga harus punya insting. Yang mengherankan, setiap ada rapat intern di kantor ini, selalu bocor ke pemain.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…