Pesantren Pabelan, Penghargaan Bagi Si Miskin
Edisi: 36/10 / Tanggal : 1980-11-01 / Halaman : 54 / Rubrik : AG / Penulis :
SEBUAH tempat yang tampak miskin. Sebuah kompleks dengan atap-atap seng, tanah berpasir keputih-putihan dan dinding-dinding setengah tembok atau kayu, dengan kawat ram yang kasar sebagai ganti jendela. Seperti sekumpulan kandang ternak, hanya sangat bersih, menyebar di tanah 5 ha berpusat pada sebuah masjid sangat bersahaja yang berumur satu setengah abad.
Kolam tua di kiri kanan masjid, pohnn-pohon berbagai jenis yang sebagian meranggas, dan sebuah lapangan utama di depan masjid, melengkapi kesan sebuah kompleks perguruan silat yang tersembunyi di tanah pegunungan. Dan di sinilah tinggal 1.113 pendekar,368 orang dari mereka perempuan.
Pondok Pesantren Pabelan, sebuah dusun di Muntilan, sekitar 6 km dari Candi Borobudur memang mengesankan sebuah kubu bagi penempaan "ilmu dalam". Dan kompleks itulah yang 23 Oktober kemarin, dalam sebuah serernoni di Lahore, pakistan , mendapat penghargaan dari The Aga Khan Award for Architecture--sebuah badan dunia milik imam kaum muslimin sekte Isma'iliah yang berkantor di Jenewa. Mereka mendapat piala Agha Khan plus uang US$ 78.000---sementara LP3ES (Lembaga penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial), konsultannya, menerima US$ 10.000.
Tetapi, arsitektur? Untuk sebuah kompleks miskin yang keputih-putihan? "Walaupun tak ada penemuan arsitektural yang luar biasa sekarang ini, lembaga ini (Pabelan) mampu mengembangkan ekspresi arsitektural yang asli yang menjawab tuntutan pedesaan modern." Salah satu pertimbangan tersebut diberikan oleh 9 juri yang terdiri dari para arsitek dan sarjana dari banyak negara di dunia--termasuk Soedjatmoko, Rektor Universitas PBB di Tokyo itu.
"Para juri umumnya kagum pada bentuk pendidikan lewat pesantren seperti yang dilakukan Pabelan," kata Soedjatmoko, "yang di samping mendidik santri juga me- latih masyarakat setempat." Itu mencerminkan pertimbangan yang lebih luas di banding yang umumnya dianggap hanya memperhatikan gedung. Aktivitas Pabelan kemudian jadi penting.
Pabelan sendiri merupakan satu dari 15 pemenang di seluruh dunia. Dan dari Indonesia, ia pun tidak sendirian: Pemda DKI Jakarta juga mendapat--dengan hadiah US$ 40.000. Melihat bahwa yang dinilai adalah proyek perbaikan kampung Mohammad Husni Thamrin (MHT), yang dianggapberhasil memberi manfaat tanpa merusak bentuk-bentuk asli perkampungan, menjadi jelas pula orientasi Aga Khan Award ini.
Kategori yang diberikan baik kepada Pabelan maupun MHT DKI adalah 'Bangunan Sosial untuk Pembangunan Arsitektur Masa Depan'. Keduanya, dengan nilai hadiah berbeda, dianggap searah dengan masa depan arsitektur Islam yang dicitakan: arsitektur yang bisa menjawab tantangan ratusan juta rakyat miskin, sesuai dengan lingkungan asal, dan bukan yang monumental.
Kiai Haji Hamam Dja'far, yang berangkat ke Lahore untuk upacara "penghor- matan di bawah bulan penuh" di Taman Shalamar--salah satu peninggalan indah dari Dinasti Mughal Islam--sudah tentu tidak mengharap hadiah dari mana pun ketika mempelopori pembentukan kembali pesantren ini, resminya pada 1965. Yang terpikir pada orang muda ini (27 tahun waktu itu), hanyalah, kira-kira, bagaimana menghidupkan kembali lembaga pendidikan muslimin khas pribumi yang menyatu dengan masyarakat sekelilingnya--dan lebih mempertajam kesatuan itu dalam bentuk hidup dan belajar bersama antara para santri, kiai dan orang desa.
Nilai yang diemban jelas tetap tradisional--berakar dalam budaya setempat -- hanya disertai pengarahan. Dari satu segi, inilah yang menyebabkan Ahdurrahman Wahid misalnya, kolumnis dan orang Pesantren Tebuireng Jombang yang sedang membangun Pesantren…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…