Membawa-bawa Tuhan Katanya ... ; Mencari "mukjizat" Dukun

Edisi: 44/10 / Tanggal : 1980-12-27 / Halaman : 51 / Rubrik : KSH / Penulis :


INDONESIA sendiri sudah berusaha untuk merangkul tukang jamu dan dukun-dukun pengobatan tradisional. Ini terlihat dari sebuah simposium obat tradisional yang diselenggarakan Departemen Kesehatan, Desember 1978. Tukang jamu dan dukun berbagai penyakit diundang ke simposium itu. Mereka malahan dipersilakan untuk mendemonstrasikan keahlian mereka di depan para peserta yang sebagian besar adalah dokter.

Tak terdengar lagi bagaimana kelanjutan ajakan itu. Sementara di tengah-tengah masyarakat, berkembang subur pengobatan yang berada di luar batas pengobatan tradisional yang hendak dirangkul pemerintah tersebut.

Para pelaksana pengobatan jenis ini keberatan kalau disebut dukun. Karena menurut mereka sendiri mereka adalah "perantara Allah" atau suruhan "Mbah Anu". Dan pengobatan ini disebutkan orang awam sebagai pengobatan gaib. Mungkin karena "oraog kuat" yang bisa menyembuhkan itu sendiri "tak tahu mengapa dia bisa mcngobati." Pokoknya ada kekuatan yang masuk ke dalam jasmani mereka dan menuliskan "Resep Obat".

"Saya ini kan ibarat kurungan saja. Semuanya yang menentukan Mbah," kata Upik Zuhaniar, 38 tahun, Pemimpin Pusat Pertolongan Pusaka Banten di Daerah Rawasari, Jakarta. Wanita yang berpendidikan SGB dan bersuamikan seorang sarjana ilmu politik lulusan Universitas 17 Agustus itu, mengaku tubuhnya "dimasuki" arwah Syekh Maulana Hasanudin dari Banten.

Ia sendiri menurut pengakuannya adalah kaul Kramat Luar Batang. Ceritanya, sudah 18 tahun kedua orang tuanva berumah tangga, tapi belum juga dikaruniai anak. Lantas kedua orang tua berangkat ke makam Habib Husein Alaidrus di Luar Batang, Jakarta. Ketika itu mereka bernazar akan menyumbangkan 9 ekor kambing ke tempat keramat itu begitu mereka dapat anak. Tak lama kemudian Si Upik pun lahirlah.

Ketika kedua orang tuanya meninggal, dia sudah berumur 16. Setahun kemudian jalan hidupnya berubah. Ia kesurupandan membikin geger keluarganya di Bengkulu. "Pulangkan anak saya ke Keramat Luar Batang Jakarta karena kalian tidak melaksanakan kaul " hegitu teriaknya tak sadarkan diri dan pingsan sehari suntuk.

Ia kesurupan seperti itu beberapa kali. Sanak keluarga bingung. Akhirnya dia dikirimkan ke Jakarta dan menumpang pada salah seorang pamannya di Jalan Paseban. "Rupanya yang masuk ke tubuh saya itu Habib Husein sendiri, menagih kaul. Dan saya disebut sebagai anaknya, diminta kembali olehnya. Karena orang tua saya tak melaksanakan kaul mereka," katanya.

Seseorang yang hendak minta pertolongan mula-mula ditemui Upik Zuhaniar di ruangan tamu. Pasien diajak bercakap-cakap seperti orang datang bertandang. Tak boleh langsung mengajukan keluhan-keluhan. Dari situ pasien dibawa ke ruangan praktek. Di situ tersedia sebuah kursi berukir tempat duduk Upik. Di depannya terdapat 2 buah kursi pula. Satu untuk pasien dan satu lagi untuk asistennya, yang tak lain adalah suaminya sendiri. Di atas sebuah bufet tersedia bermacam benda. Ada tungku pedupaan dan jamu-jamuan. Ada kembang yang sudah kering, kunyit, bangle, daun sembung, serei, jahe dan lain-lain.

Meskipun dukun ini masih muda, tapi tetamunya memanggilnya Mbah. Kalau pasien sudah duduk, lalu setanggi diasapkan. Upik Zuhaniar kemudian bersemadi, mengaku menghubungi "ayahnya", Habib Husein dari Luar Batang. "Habib akan meneruskannya ke Mbah Syekh Maulana Hasanudin," katanya. Mbah lalu memberikan petunjuk pengobaran lewat Zuhaniar yang menempelkan telapak tangannya ke bagian tubuh pasien yang sakit.

Dengan begitu "diagnosa" penyakit selesai sudah. Kemudian ditentukan apa yang harus dilakukan oleh pasien dan apa yang harus disediakan untuk pengobatan. Ada yang ditentukan harus membawa kembang dari makam Sunan anu .

TERRKADANG seorang pasien harus menyediakan tumbal berupa kain penutup nisan salahsatu makam keramat. Kain itu kemudian ditulisi Zulhaniar dengan nama-nama sifat Tuhan. "Berapa jumlah sifat Tuhan yang ditulis tergantung pada Mbah. Saya dalam keadaan tertidur, yang menulis itu adalah Mbah," begitu cerita dukun ini. Tumbal itu kemudian dibawanya bersama suaminya ke Luar Batang bersembahyang di situ. Lewat Habib Husein ia memohon agar Tuhan mengabulkan apa yang diinginkan.

Pasien juga diberikan jamujamuan. Tergantung apa penyakitnya. "Tapi sesuai dengan pesan Mbah harus jamu yang baru dibuat," katanya kepada A. Muthalib dari TEMPO…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Awas, Olahraga dan Rapuh Tulang
1994-05-14

Olahraga keras dan berlebihan bisa mengakibatkan rapuh tulang. pelari maraton, pebalet, atlet dayung, dan pelatih…

D
Dari Mana Raja Singa di Wamena?
1994-04-16

Banyak penduduk pedalaman irian jaya ditemukan mengidap penyakit kelamin. sejumlah pria pernah diundang "pesiar" ke…

C
Cangkok Cara Tegalrejo
1994-04-16

Rumah sakit tegalrejo semarang mencatat sukses mencangkok sumsum penderita talasemia. tanpa transfusi, pasien bisa hidup…