Fuad Rahmany: Pasar Modal Bukan Kasino

Edisi: 47/36 / Tanggal : 2008-01-20 / Halaman : 68 / Rubrik : WAW / Penulis : Nugroho Dewanto, , Heri Susanto,, Sapto Pradityo


Di tahun baru Hijriyah, Kamis pekan lalu, semua kantor pemerintah mestinya tutup. Namun, di lantai tiga gedung di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, sejumlah pegawai masih melakukan aktivitas. Dasi dan sepatu ditanggalkan. Mereka cuma berkemeja dan berkasut santai, tapi serius bekerja seperti di hari biasa.

Gedung itu dulunya kantor Menteri Negara BUMN. Sekarang menjadi markas Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Bos di kantor itu adalah Fuad Rahmany, seorang birokrat karier di Departemen Keuangan. Dia yang memelopori masuk kerja di hari libur. Biasanya ia tetap datang di hari Sabtu. “Saya selesaikan pekerjaan yang tak sempat tersentuh dari Senin sampai Jumat,” ujarnya. Para bawahan akhirnya terbiasa mengikuti ritme itu.

Di tengah kondisi sektor riil yang masih lesu, pasar modal menggelembungkan optimisme masa depan perekonomian negeri ini. Tahun lalu kapitalisasi pasar di lantai bursa mencapai 53 persen dari GDP (gross domestic product). Dana Rp 164 triliun dipompakan ke sektor riil untuk modal kerja, membeli mesin, membangun gedung, atau membayar utang jatuh tempo.

Di awal tahun ini, pasar modal mencatat sejarah baru. Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya digabung menjadi Bursa Efek Indonesia. Sejalan dengan itu, pertumbuhan indeks yang meroket selama dua tahun terakhir diharap terus berlanjut. Kepada Nugroho Dewanto, Heri Susanto, Sapto Pradityo dan Martha Warta Silaban dari Tempo, Fuad Rahmany menjelaskan berbagai persoalan dan harapan yang mencuat dari lantai bursa. Berikut petikannya:

Tahun lalu kinerja pasar modal begitu mengesankan.…

Sebenarnya sejak 2006. Indeks harga saham gabungan tumbuh lebih dari 56 persen. Nah, tahun 2007 indeks tumbuh 52 persen. Hampir sama. Tapi pada 2007 lebih baik dari segi kualitas.

Mengapa?

Karena pada 2006 pasar primernya hanya Rp 24 triliun berupa IPO (initial public offering alias penawaran saham perdana), right issue dan obligasi. Tahun 2007 melonjak Rp 78 triliun. Jadi sudah lebih dari tiga kali lipat. Transaksi harian tahun 2006 rata-rata Rp 1,8 triliun. Di tahun 2007, meningkat rata-rata Rp 4,27 triliun per hari.

Mengapa bisa setinggi itu?

Investor domestiknya sekarang lebih banyak. Dulu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…