Tak Ada Yang Berubah Di Bawah ...
Edisi: 22/11 / Tanggal : 1981-08-01 / Halaman : 37 / Rubrik : SEL / Penulis :
IA dilahirkan di sebuah desa sekitar 80 mil di barat-daya Qom, pada Jumat ke-20 tahun 1902 Masehi. Pada hari, yang dipercaya sama dengan hari kelahiran Fatimah, putri Nabi Muhammad yang kemudian diperistri Ali, bunda Hasan dan Husain. Hari itu dianggap membawa pertanda teramat baik.
Dari orangtuanya ia mendapat nama Ruhallah Musawi. Nama itu kelak tenggelam setelah ia menyandang nama desa kelahirannYa Khomein. sesuai kebiasaan para ayatullah. Ayahnya, Mustafa Musawi adalah mullah. Hanya beberapa bulan setelah kelahiran Ruhallah, orang tua itu ditembak di kepala, dibunuh oleh beberapa begundal tuan tanah. Ia dinilai terlibat memenangkan perkara sekelompok petani penyewa tanah.
Ada desas-desus bahwa Reza Shah, tatkala itu tamtama dalam Brigade Kosak, punya andil dalam pembunuhan Mustafa. Betapa ironisnya kalau hal ini benar. Sang ayah membunuh ayah Khomeini. Dan anaknya, Reza Pahlevi, membunuh salah seorang putra Khomeini.
Seperti dipercaya, Savak bertanggungjawab atas kematian Mustafa Khomeini, 1977. Tapi ketika wartawan-penulis Mohamed Heikal menanyakan hal tersebut kepada sang ayatullah, ia tak mendapat jawaban yang pasti.
Khomeini baru berusia 16 tahun ketika ibunya meninggal. Anak yatim piatu itu lalu menumpang pada Basendidah Musawi, abangnya tertua yang masih hidup sampai sekarang. Basendidah ketika itu sudah menjadi mullah.
Di Kota Arak, sekitar 30 mil di utara Khomein, hiduplah seorang mullah terkemuka bernama Ayatullah Abden Karim el-Ha'iri. Ia memimpin sebuah hawza, katakanlah pesantren, tempat Khomeini muda segera mendaftarkan diri. Tahun 1922 el-Hai'iri memindahkan hawza-nya ke Qom. Semua murid turut serta, termasuk Ruhallah Musawi.
Inilah perkenalan pertama Ruhallah dengan kota suci, yang kelak sangat menentukan hari depannya itu. Kota yang nyaris tak menawarkan hiburan apa pun, terutama untuk para siswa yang rata-rata miskin.
Ia mondok di masjid, tempat sidang-sidang hawza diselenggarakan. Bila tiba saat tidur, Ruhallah menggelar doshak (selimut)nya di ubin.
Ia bisa menyelesaikan kaji tingkat pertama menurut waktu yang ditentukan. Meraih gelar Mahallet es-suth el-aliyah, dan menjadi guru-bantu, khusus dalam mata pelajaran filsafat dan logika Islam.
Ia juga memulai studi tentang akhlak. Tetapi para polisi Reza Syah memberangus pelajaran ini. Konon dituduh berbau politik.
Di pesantren el-Ha'iri, Ruhallah Musawi mempunyai seorang sahabat yang lebih tua, Mohammed el-Thaqafi. Seorang syi'ah berasal dari Taif di negeri Hejaz. Ia mempunyai seorang putri yang diberi nama menurut nama istri pertama Nabi Muhammad, Khadijah.
Ketika anak perempuan itu berumur 14 tahun, Ruhallah yang berusia 25 tahun memianangnya kepada el-Thaqafi. Mereka memang belum pernah bersua. Khadijah hanya pernah melihat Ruhallah sepintas lalu, ketika perjaka itu bertandang ke rumah mereka.
Ia menolak. Ia tak pernah berniat menikah dengan seorang mullah. Cita-citanya ialah kawin dengan seorang pegawai pemerintah, lalu bertempat tinggal di Teheran. Tetapi, "malam harinya saya bermimpi," tutur Khadijah bertahun-tahun kemudian. Ia konon menyaksikan dengan jelas penampilan Nabi Muhammad, Ali dan Fatimah.
Dalam mimpi itu juga tampak seorang perempuan tua, yang menunjuk ketiga tokoh tersebut dan berseru kepada Khadijah, "tak seorangpun di antara mereka senang kepadamu." Khadijah bertanya, "mengapa?". Perempuan tua itu menjawab, "karena engkau menampik anak mereka, Ruhallah." Esok paginya kontan Khadijah menyatakan setuju bersuamikan Ruhallah.
Tiga anak mereka yang pertama meninggal. Yaitu Ali, Latifah dan Khatnira. Kemudian mereka beroleh lima orang anak lagi. Dua lelaki: Mustafa dan Sayed Ahmad Khomeini. Tiga perempuan: Farida, Sadiqa dan Fatimah.
Mustafa dibunuh Savak, 1977. la meninggalkan dua orang anak. Yaitu Husin, cucu kesayangan -- dan kini pembantu sang ayatullah -- dan Miriam. Sayed Ahmad Khomeini, juga pembantu utama sang ayah.
Farida menikah dengan Ayatullah Aradi. Sadiqa bersuamikan Hojat al Islam Ishraki, yang menyertai Khomeini dalam pengasingan di Prancis. Fatimah kawin dengan Ayatullah Bargroudi, putra Ayatullah al-Uzma yang dulu diinginkan Syah Iran diganti dengan salah seorang pemimpin agama dari Najaf. Ayatullah Khomeini kini kakek 13 orang cucu, delapan di antaranya lelaki.
KHADIJAH ternyata tidak saja istri yang setia. Melainkan juga berwatak, penuh semangat, dan halus budi. Ketika Khomeini diusir dari Qom dan digiring ke perbatasan Turki, 1963, ayatullah itu berpesan agar jangan mengikutinya. Tapi Khadijah tidak peduli. Dibungkusnya pakaiannya, dan disusulnya sang suami ke Najaf.
Ia menyertai Khomeini ke Paris. Walaupun ayatullah itu langsung memasuki rumah kecil di Dusun Neauphle-le-Chateau -- dan tak pernah melancong ke Paris -- Khadijah beberapa kali menjenguk ibukota. Ia tidak menyembunyikan kegembiraannya menyaksikan segala sesuatu di sana.
Sampai sekarang makanan Khomeini dimasak sendiri oleh istrinya. Ia bersantap secara teratur. Menunya sangat sederhana. Ayatullah itu biasa terjaga pukul 5, untuk melakukan shalat subuh. Kemudian ia tidur kembali. Sementara itu Khadijah menyiapkan sarapan, beberapa kerat roti disertai kuah madu, dan meletakkannya di samping doshak sang suami.
Pukul 11 pemimpin besar syi'ah itu meneuk sari buah, biasanya jeruk. Tengah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…