Hari Aksara Internasional, Perangi Keterbelakangan, Tuntaskan Buta Aksara

Edisi: 30/36 / Tanggal : 2007-09-23 / Halaman : 88 / Rubrik : INF / Penulis : , ,

Apakah Anda punya SUKMA? Tentu, yang dimaksud bukan roh atau jiwa. Ini berhubungan dengan program pemberantasan buta aksara (PBA). SUKMA atau Surat Keterangan Melek Aksara, merupakan sertifikat yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) ini bukan sertifikat biasa. Dengan memiliki selembar SUKMA, seseorang diharapkan bisa lebih berdaya guna.

Menurut Ace Suryadi, Ph.D., Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Nonformal dan Informal, Depdiknas, hal tersebut merupakan salah satu cara untuk memotivasi para buta aksara agar mau menuntaskan program PBA. ”Di waktu mendatang, sertifikat ini menjadi salah satu syarat untuk memperoleh KTP, kartu keluarga, surat nikah, SIM, sampai untuk keperluan transaksi perbankan. Jadi, jangan kaget kalau ada yang bertanya soal SUKMA,” ujarnya.

Persoalan PBA, sudah menjadi perbincangan warga dunia sejak 42 tahun lampau. Pada 1965, UNESCO menetapkan 8 September sebagai Hari Aksara Internasional. Penetapan ini dilatarbelakangi keprihatinan semua anggota UNESCO (termasuk Indonesia) terhadap permasalahan buta aksara yang menghinggapi 735 juta orang dari 1,9 miliar penduduk dunia. Artinya, pada 1960-an sekitar 40 persen penduduk dunia berada dekat dengan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, ketakberdayaan, yang tentu saja bisa menghambat perkembangan peradaban dan pembangunan umat manusia.

Bila membuka lembaran sejarah Indonesia, saat bangsa ini memproklamirkan kemerdekaannya pada 1945, tercatat 97 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang masuk kategori buta aksara, yaitu orang-orang yang tak mampu membaca, menulis, dan buta angka. Keadaan yang sangat…

Keywords: -

---

Foto Terkait